Sabtu, 05 Mei 2012



Dalam konteks Islam, istilah pendidikan pada umumnya mengacu kepada terminologi al-tarbiyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim. Ketiga istilah itu mengandung makna yang sangat mendalam menyangkut hubungan manusia dan masyarakat serta lingkungannya dengan Tuhan.[1] Terjadi keterkaitan antara manusia dengan manusia yaitu siswa dengan sang guru. Secara nalariyah guru akan lebih menyayangi seorang siswa yang memiliki budi pekerti karena pemberian ilmu merupakan terdapat transfer keikhlasan didalamnya sehingga ilmu tersebut memiliki nilai-nilai resapan barokah didalamnya. Sebaliknya, seorang guru juga harus memiliki jiwa yang tabiyah, ta’dib dan ta’lim kepada siswanya. Seorang guru negatif tentunya sangat sulit siswa menerima kenyataan untuk berlajar bersama sang gurunya.

Hakikat pendidikan akhlak adalah inti pendidikan semua jenis pendidikan karena ia mengarahkan pada terciptanya perilaku lahir dan bathin manusia sehingga menjadi manusia yang seimbang dalam arti terhadap dirinya maupun terhadap luar dirinya.[2]
Dalam akhlak terkandung nilai-nilai budi pekerti baik dari ajaran agama maupun dari kebudayaan manusia. Dengan demikian tujuan pendidikan akhlak adalah mengkaji dan menginternalisasi nilai, mengembangkan ketrampilan sosial yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya akhlak mulia dalam kehidupan diri peserta didik serta mewujudkannya dalam perilaku sehari-hari dalam konstek sosio-kultural yang berbhineka sepanjang hayat.[3]
Dalam mengarungi kehidupan, seseorang membutuhkan social pleasure. Manusia akan mengembangkan sayap ke segala penjuru apapun akan selalu mengalami keterkaitan antar satu dengan yang lain. Untuk itu, seseorang yang memiliki budi pekerti adalah orang pertama yang akan mendapat tempat atau posisi di lingkungan dia berada. Budi pekerti mencakup watak, sikap, sifat, moral yang tercermin dalam tingkah laku baik dan buruk yang terukur oleh norma-norma sopan santun, tata krama dan adat istiadat. Dan watak, sikap dan sifat ini akan terangkum dalam kajian psikology yang akan kami sajikan dikemudian hari untuk menambah wawasan kepribadian manusia.



[1] Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru (Jakarta: Kalimah, 2001), 5.
[2] Suwito, filsafat pendidikan akhlak (Yogtakarta: Belukar, 2004), 37-38.
[3] Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan (PT Imperial Bakti Utama, 2007), 29.

1 komentar: