DINAMIKA
PESANTREN MENUJU LINGKUNGAN
BELAJAR
YANG KONDUSIF
SKRIPSI
Oleh
TAMRIN FATHONI
NIM : 243 042 086
Jurusan
Tarbiyah
Program Studi Pendidikan Agama Islam
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PONOROGO
MEI 2008
DINAMIKA PESANTREN MENUJU LINGKUNGAN
DINAMIKA PESANTREN MENUJU LINGKUNGAN
BELAJAR
YANG KONDUSIF
(Studi Kasus Di Pondok Pesantren Darul Huda
Putra Mayak Ponorogo)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Ponorogo
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Menyelesaikan Program Sarjana
Pendidikan Agama Islam
Oleh
TAMRIN FATHONI
NIM : 243 042 086
Jurusan Tarbiyah
Program Studi Pendidikan Agama Islam
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PONOROGO
MEI 2008
LEMBAR
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi atas nama Saudara:
Nama : TAMRIN FATHONI
NIM : 243 042 086
Jurusan : Tarbiyah
Program
Studi : Pendidikan
Agama Islam
Judul : Dinamika Pesantren Menuju Lingkungan Belajar Yang Kondusif (Studi
Kasus Di Pondok Pesantren Darul Huda Putra Mayak Ponorogo)
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji dalam ujian munaqasah
Pembimbing I
|
|
Drs. H. SUGIHANTO, M.Ag.
NIP: 150 206 247
|
Tanggal April 2008
|
Pembimbing II
|
|
Drs. H. SUTOYO, M.Ag.
NIP: 150 318 326
|
Tanggal April 2008
|
Mengetahui,
Ketua Program Studi PAI
STAIN Ponorogo
BASUKI, M.Ag
NIP: 150 327 277
|
DEPARTEMEN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PONOROGO
PENGESAHAN
Skripsi ini telah
dipertahankan pada sidang munaqosah di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Ponorogo pada:
Hari :
Selasa
Tanggal :
27 Mei 2008
dan telah diterima sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Agama dalam bidang
Pendidikan Agama Islam, pada:
Hari :
.............................................................................
Tanggal :
.............................................................................
Ponorogo, 26 Mei 2008
Mengesahkan,
Ketua STAIN Ponorogo
Drs. H. A. RODLI MAKMUN,
M.Ag.
NIP. 150206247
Tim Penguji :
Ketua Sidang : Drs. Saifullah
M.Ag. (……………………....)
Sekretaris Sidang : Drs. H. Sutoyo,
M.Ag. (……………………....)
Penguji I : Drs. Imam Sayuti Farid M.Si (……………………....)
Penguji II : Drs. H. Sugihanto, M.Ag. (……………………....)
MOTTO
<§øÿtRur $tBur $yg1§qy ÇÐÈ $ygyJolù;r'sù $yduqègéú $yg1uqø)s?ur ÇÑÈ ôs% yxn=øùr& `tB $yg8©.y ÇÒÈ ôs%ur z>%s{ `tB $yg9¢y ÇÊÉÈ
Artinya
: ”Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaan-Nya). Maka
Allah meng- ilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang
yang mengotorinya.”[*]
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydßqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pkön=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâxÏî ×#yÏ© w tbqÝÁ÷èt ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtur $tB tbrâsD÷sã
Artinya :
“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”[†]
ABSTRAK
Tamrin Fathoni. 2008. Dinamika Pesantren Menuju Lingkungan
Belajar Yang Kondusif (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Darul Huda Putra Mayak
Ponorogo). Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan
Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo. Pembimbing
(I) Drs. H. Sugihanto M. Ag, (II) Drs. H. Sutoyo M. Ag.
Kata kunci: Lingkungan Belajar, Pondok Pesantren Darul Huda,
Kondusif.
Lingkungan pondok pesantren, entah itu salafiah
ataupun modern sering kali diidentikan dengan tempat yang kumuh, kotor, tidak
teratur dan kurang menghargai aspek kebersihan dan kerapian. Hal ini disebabkan
karena para santri sibuk untuk belajar atau mengaji, sehingga melupakan
aspek-aspek tersebut.
Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo sebagai
salah satu Pondok Pesantren di wilayah Ponorogo mengalami perkembangan yang
cukup pesat bila dibandingkan dengan pondok-pondok lainnya. Perkembangan
tersebut bersifat menyeluruh mulai dari sistem pendidikan, maupun sarana dan
prasarana yang ada.
Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian lingkungan Pondok Pesantren Darul Huda Putra Mayak
Ponorogo dengan judul dinamika pesantren menuju lingkungan belajar yang
kondusif (studi kasus di Pondok Pesantren Darul Huda Putra Mayak Ponorogo)
denga rumusan masalah sebagai berikut: 1). Bagaimana lingkungan belajar di
Pondok Pesantren Darul Huda Putra Mayak Ponorogo? 2). Apa upaya-upaya pengurus
Pondok Pesantren Darul Huda Putra Mayak Ponorogo dalam meningkatkan lingkungan
belajar yang kondusif? 3). Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan penghambat
dalam meningkatkan lingkungan belajar yang kondusif Pondok Pesantren Darul Huda
Putra Mayak Ponorogo?
Melalui pendekatan kualitatif yang memiliki
karakteristik alami sebagai sumber data langsung dan analisis induktif, dari
penelitian ini ditemukan bahwa Lingkungan belajar di Pondok Pesantren Darul
Huda Putra Mayak ponorogo mengalami peningkatan yang sangat pesat, dari suatu
lingkungan belajar dengan sarana dan prasarana yang sangat sederhana menjadi
lingkungan belajar yang memiliki sarana dan prasarana yang kondusif terhadap
kegiatan belajar santri. Lingkungan belajar di Pondok Pesantren Darul Huda
Putra Mayak Ponorogo dapat dikatakan sebagai lingkungan belajar yang kondusif.
Penulis menyarankan supaya hasil
penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam upaya merumuskan
kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pendidikan di lingkungan Pondok
Pesantren Darul Huda.
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah merupakan mutiara kata yang
paling indah nan pantas kita ucapkan kehadirat Allah SWT. Sungguh agung
nikmat-Nya dan sungguh luas rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas skripsi kami yang berjudul Dinamika Pesantren Menuju Lingkungan
Belajar Yang Kondusif (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Darul Huda Putra Mayak
Ponorogo) dapat berjalan
dengan lancar dan tanpa kendala yang berarti.
Tidak lupa saya memohon doa agar senantiasa shalawat
serta salam tetap terlimpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, sang
revolusioner sejati yang telah memperjuangkan dan membimbing umat manusia ke
jalan yang diridhoi Allah.
Upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil
belajar para siswa di setiap jenjang dan tingkat pendidikan perlu diwujudkan
agar diperoleh kualitas sumber daya manusia Indonesia yang dapat menunjang
pembangunan nasional. Upaya tersebut menjadi tugas dan tanggung jawab semua
tenaga kependidikan. Salah satu komponen tersebut yang paling berperan dalam
hal ini adalah seorang guru. Guru dalam hal ini mempunyai peranan yang sangat
menentukan keberhasilan proses ini, sebab gurulah yang secara langsung berperan
membina para siswa di sekolah melalui proses belajarmengajar. Oleh karena itu,
upaya meningkatkan kualitas pendidikan harus lebih banyak dilakukan para guru
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik dan pengajar.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru
adalah dalam penggunaan metode
pembelajaran. Dalam proses belajar-mengajar guru harus memilih metode
yang tepat sehingga kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh anak didik dapat
tercapai. Penggunaan metode pengajaran yang tepat, dapat mempertinggi kualitas
proses belajar-mengajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hasil
belajar para siswa.
Ucapan terima kasih kepada orang tua saya, yang
telah mendidik saya pertama kali, karena beliaulah yang telah mendidik kami
dalam kehidupan sehari-hari dan yang telah memberikan kesempatan lagi untuk
mencari pendidikan yang lebih baik lagi.
Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada Bapak Drs. H. Sugianto. M. Ag, dan Bapak Drs. H. Sutoyo. M. Ag, selaku
dosen pembimbing I dan II, yang telah membimbing saya dari awal sampai
terselesaikannya laporan tugas skripsi ini. Tiada kata yang paling indah selain
ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing atas pengorbanan waktu, tenaga dan fikiran demi selesainya dan
kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada para
sahabatku dan seluruh teman-teman seperjuangan di Fakultas Tarbiyah Program
Studi Pendidikan Agama Islam, yang telah ikut serta memberi motivasi, saran,
kritik dan gagasan demi terselesaikannya laporan tugas skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa kesempurnaan yang nyata hanyalah
milik Allah SWT semata, namun sejuta salah dan khilaf adalah milik kita sebagai
hamba-Nya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi sempurnanya laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
khususnya pengajar dan pecinta ilmu pengetahuan pada umumnya.
Penyusun
Tamrin Fathoni
DAFTAR
ISI
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................ v
MOTTO .................................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................................... xvii
BAB
I :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Fokus Penelitian .............................................................................. 3
C. Rumusan Masalah ........................................................................... 3
D. Tujuan Penelitian ............................................................................ 3
E. Manfaat
Penelitian .......................................................................... 4
F. Telaah
Pustaka ............................................................................... 5
G. Metode
Penelitian ........................................................................... 6
1. Pendekatan
Dan Jenis Penelitian...............................................
6
2. Kehadiran
Peneliti .................................................................... 9
3. Sumber Data ............................................................................. 9
a. Sumber data
primer ........................................................ 9
b. Sumber data
skunder ..................................................... 10
4. Prosedur
Pengumpulan Data .................................................... 11
5. Analisa Data ............................................................................. 12
6. Pengecekan
Keabsahan Data .................................................... 13
7. Tahapan-Tahapan
Penelitian ..................................................... 13
H. Sistematika
Pembahasan ................................................................. 15
BAB II :
LINGKUNGAN BELAJAR YANG KONDUSIF
A.
Lingkungan Belajar ......................................................................... 17
1.
Pengertian Lingkungan Belajar ................................................ 17
2.
Jenis-jenis lingkungan belajar ................................................... 20
3.
Syarat-syarat lingkungan belajar................................................ 22
B.
Lingkungan Belajar Yang Kondusif................................................ 24
C. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Lingkungan Belajar Yang Kondusif 29
1. Faktor
eksternal (pemenuhan kebutuhan fisik) .......................... 29
2. Faktor internal
(pemenuhan kebutuhan akan rasa aman, dicintai, dan dihargai) 32
D. Dinamika pesantren
sebagai lingkungan belajar..............................
BAB III : DINAMIKA PONDOK PESANTREN
DARUL HUDA MENUJU LINGKUNGAN BELAJAR YANG KONDUSIF
A.
Paparan Data Umum ....................................................................... 36
1. Sejarah Berdirinya
Pondok Pesantren Darul Huda ................... 36
2.
Letak Geografis.......................................................................... 38
3.
Sarana dan Prasarana ................................................................. 39
4.
Struktur Organisasi .................................................................... 40
B.
Paparan Data Khusus ...................................................................... 41
1. Lingkungan Belajar di
Pondok Pesantren Darul Huda Putra .... 41
2. Upaya-upaya Pengurus
Pondok Pesantren Darul Huda Putra Dalam Meningkatkan Lingkungan Belajar Yang
Kondusif .......................................... 42
3. Faktor Pendukung Dan
Penghambat Dalam Meningkatkan Lingkungan Belajar Yang Kondusif Di Pondok
Pesantren Darul Huda Putra ................... 60
C. Rekapitulasi Hasil
Temuan Penelitian ............................................. 64
BAB IV : ANALISIS DINAMIKA PONDOK PESANTREN DARUL HUDA PUTRA MENUJU
LINGKUNGAN BELAJAR YANG KONDUSIF
1. Analisis Tentang Lingkungan
Belajar di Pondok Pesantren Darul Huda Putra 67
2. Analisis Tentang
Upaya-upaya Pengurus Pondok Pesantren Darul Huda Putra Dalam Meningkatkan
Lingkungan Belajar Yang Kondusif .................. 68
3. Analisis Tentang
Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Meningkatkan Lingkungan Belajar Yang
Kondusif Di Pondok Pesantren Darul Huda Putra 70
BAB V : PENUTUP
A.
Kesimpulan ..................................................................................... 72
B.
Saran ............................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
DAFTAR LAMPIRAN
NO
|
LAMPIRAN
|
Lampiran : 1
|
Pedoman Wawancara
|
Lampiran : 2
|
Jadwal Wawancara
|
Lampiran : 3
|
Transkip Wawancara
|
Lampiran : 4
|
Jadwal Observasi
|
Lampiran : 5
|
Transkip Observasi
|
Lampiran : 6
|
Jadwal Dokumentasi
|
Lampiran : 7
|
Transkip Dokumentasi
|
Lampiran : 8
|
Surat Peryataan Wawancara
|
PEDOMAN TRANSLITERASI
1.
Sistem
transliterasi Arab-Indonesia yang dijadikan pedoman dalam penulisan skripsi ini
adalah sebagai berikut:
ء
|
=
|
‘
|
ز
|
=
|
z
|
ق
|
=
|
q
|
||
ب
|
=
|
b
|
س
|
=
|
s
|
ك
|
=
|
k
|
||
ت
|
=
|
t
|
ش
|
=
|
sy
|
ل
|
=
|
l
|
||
ث
|
=
|
ts
|
ص
|
=
|
sh
|
م
|
=
|
m
|
||
ج
|
=
|
j
|
ض
|
=
|
dh
|
ن
|
=
|
n
|
||
ح
|
=
|
h
|
ط
|
=
|
th
|
و
|
=
|
w
|
||
خ
|
=
|
kh
|
ظ
|
=
|
zh
|
ه
|
=
|
h
|
||
د
|
=
|
d
|
ع
|
=
|
‘
|
ي
|
=
|
y
|
||
ذ
|
=
|
dz
|
غ
|
=
|
gh
|
|||||
ر
|
=
|
r
|
ف
|
=
|
f
|
2.
Untuk
membunyikan bunyi hidup panjang (madd) digunakan tanda (‾ atau ˆ)
di atas vocal â, î, dan Û.
3. Bunyi
hidup ganda/diftong ditransliterasikan dengan menggabung dua dua huruf “ay” dan “aw”.
Contoh:
Bayna, alayhim, qawl, mawdhÛ’ah.
4. Kata-kata
yang ditransliterasikan dan kata dari bahasa asing yang belum terserap menjadi
bahasa Indonesia baku harus dicetak miring, kecuali untuk nama orang atau
lembaga.
5. Bunyi
huruf akhir sebuah kata tidak dinyatakan dalam transletirasi, transliterasi
hanya berlaku pada huruf konsonan akhir.
Contoh:
Inn al-dîn bukan inna al-dîna; ‘ind Allâh bukan
‘inda
Allâhi.
6. Kata
yang berakhiran dengan tâ’ marbÛtah dan berkedudukan sebagai sifat (na’t) dan idhâfah ditrasnliterasikan
dengan “ah” sedangkan mudhâf dengan “at”.
Contoh:
Subbah Sayyi’ah, dhawâbith
al-qirâ’ah.
7. Kata yang berakhiran
dengan yâ’ musyaddadah (ber-tasydîd) ditransliterasikan dengan î;
jika î diikuti dengan tâ’ marbÛthah, transliterasinya adalah dengan îyah; jka
berada di tengah, yâ’ musyaddadah ditransliterasikan dengan yy.
Contoh:
Al-Ghazâlî, al-Nawâwî,
Ibnu Taymîyah, Ibn al-Qayyim
al-Jawzîyah.
Sayyid, muayyid, muqayyid.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tahap awal dari proses pembelajaran adalah penciptaan
dapat menyiapkan suasana yang kondusif. untuk bisa menciptakan lingkungan atau
sekolah yang kondusif dan mendukung proses pembelajaran, maka sekolah haruslah
memberikan kesan sebagai suatu tempat yang menghargai murid sebagai seorang
manusia, yang pemikiran dan idenya dihargai sepenuhnya. untuk menciptakan
kondisi ini.[1]
Lingkungan yang memungkinkan belajar siswa misalnya:
gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, pusat sarana belajar, museum,
taman, kebun binatang, rumah sakit, pabrik, dan tempat-tempat lain yang sengaja
dirancang untuk tujuan belajar siswa atau yang dirancang untuk tujuan lain
tetapi dimanfaatkan untuk belajar siswa-siswa.[2]
Lingkungan belajar di pondok pesantren sering dianggap sebagai suatu
lingkungan belajar yang kumuh, kotor dan tidak sehat. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya santri yang terkena penyakit kulit dan berbagai penyakit lain
yang muncul dari lingkungan yang tidak sehat.
Walaupun demikian, pondok pesantren terus berusaha untuk meningkatkan
sarana dan prasarana serta program-program untuk meningkatkan lingkungan
belajar yang kondusif, yang dapat mendukung proses kegiatan pendidikannya.
Pondok pesantren darul huda merupakan salah satu pondok yang ada di
Ponorogo, yang mana dalam perkembangannya juga menghadapi masalah-masalah yang
terkait dengan lingkungan belajar.
Fenomena
awal yang penulis temukan sebagai hasil wawancara dengan sebagian anggota
bidang kebersihan dan observasi di pondok pesantren darul huda ditemukan bahwa
pengurus telah berupaya untuk meningkatkan lingkungan pesantren yang bersih dan nyaman untuk belajar
santri, dengan menjadwal piket bersih-bersih kamar setiap pagi dan sore,
mengepel halaman kamar dan mencuci bak sampah disetiap minggunya, bersih-bersih
diseluruh lingkungan pondok disetiap bulannya, juga ada lomba kamar, agar kamar
indah disetiap tahunnya.[3]
Maka
berpijak dari latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk mengkaji
dan meneliti lebih lanjut tentang bagaimana dinamika lingkungan belajar darul
huda, dinamika upaya-upaya pengurus serta dinamika faktor-faktor pendukung dan
penghambat dalam meningkatkan lingkungan belajar yang kondusif. Di Pondok
Pesantren Darul Huda Putra Mayak Ponorogo.
Untuk
selanjutnya mengenai masalah ini akan dibahas dalam bentuk skripsi yang
berjudul “DINAMIKA PESANTREN MENUJU LINGKUNGAN BELAJAR YANG KONDUSIF (Studi
Kasus di Pondok Pesantren Darul Huda Putra Mayak Ponorogo)”.
B. Fokus Penelitian
Fokus
penelitian yang dilakukan peneliti disini adalah pada aspek lingkungan belajar
yakni membidik upaya-upaya yang dilakukan oleh pengurus Pondok Pesantren Darul
Huda Putra Mayak Ponorogo dalam meningkatkan lingkungan belajar yang kondusif.
C. Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan pokok masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana
lingkungan belajar di Pondok Pesantren Darul Huda Putra Mayak Ponorogo?
2. Apa upaya
pengurus Pondok Pesantren Darul Huda Putra dalam meningkatkan lingkungan
belajar yang kondusif?
3. Faktor-faktor
apa saja yang mendukung dan menghambat dalam meningkatkan lingkungan belajar
yang kondusif di Pondok Pesantren Darul
Huda Putra Mayak Ponorogo?
D. Tujuan
Penelitian
Sesuai
dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk mengetahui lingkungan belajar di Pondok Pesantren Darul
Huda Putra.
2. Untuk mengetahui
upaya pengurus Pondok Pesantren Darul Huda Putra dalam meningkatkan lingkungan
belajar yang sehat dan kondusif.
3. Untuk mengetahui
faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam meningkatkan
lingkungan belajar yang sehat dan kondusif di Pondok Pesantren Darul Huda
Putra.
E. Manfaat
Penelitian
Manfaat
atau kegunaan dari penelitian yang ingin dicapai dalam penyusunan skripsi ini
adalah:
1. Aspek teoritis
Diharapkan
dapat dijadikan sebagai sumbangan untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
terhadap pendidikan agama Islam dalam meningkatkan lingkungan belajar yang
kondusif.
2. Aspek praktis
Diharapkan penelitian
ini berguna bagi:
a. Pengurus pondok
pesantren darul huda putra:
Sebagai
acuan dalam membuat kebijakan-kebijakan yang terkait dengan peningkatan
lingkungan belajar yang kondusif di Pondok Pesantren Darul Huda Putra Mayak
Ponorogo.
b. Bagi
lembaga-lembaga pendidikan pesantren umum:
Sebagai
acuan dalam membuat kebijakan-kebijakan yang terkait dengan peningkatan
lingkungan belajar yang kondusif.
F. Telaah Pustaka
Dari hasil
penelitian yang terkait dengan Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo yang
dilakukan oleh mahasiswi STAIN Ponorogo diantaranya sebagai berikut:
Hasil
penelitian yang terkait dengan Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo dari
Siti Aisyah selesai pada tahun 2007 mencoba mengkaji penelitian Qism al Amn
dengan judul Upaya Qism al-Amn Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Santriwati Di
Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo sebagai berikut:
1. Profil tata tertib
yang ada di Pondok Pesantren Darul Huda putri Mayak Ponorogo sangatlah
sistematis karena tata tertib tersebut sudah dijadikan peraturan yang baku yang
dijadikan undang-undang bagi setiap santri yang didalamnya terdapat hak dan
kewajiban serta hukuman bagi yang melanggar yang kesemuanya sudah disesuaikan
dengan kemampuan santri, sehingga tidak ada alasan bagi santri untuk tidak
mentaatinya, dari pelanggaran yang bersifat ringan sampai pada pelanggaran yang
bersifat berat.
2. Bentuk-bentuk
pelanggaran yang dilakukan santriwati Pondok Pesantren Darul Huda putri Mayak
Ponorogo dapat dikategorikan dengan tiga kriteria, yaitu kriteria ringan
contohnya pulang melebihi hari yang ditentukan tanpa membuat surat keterangan
baik itu dari kepala desa maupun dari dokter, kriteria pelanggaran berat
contohnya hubungan putra putri.
3. Untuk bentuk-bentuk
peningkatan kedisiplinan santriwati yang dilakukan oleh Qism al-Amn ada empat
cara. Pertama, yaitu pendekatan secara umum atau sosialisasi yang dilakukan
seminggu sekali. Kedua, dengan tindakan dengan hukuman bagi santri yang
melanggar peraturan. Ketiga, dengan bimbingan secara khusus bagi santri yang
benar-benar bermasalah. Keempat, yakni dengan bekrja sama dengan BP sekolah
pagi, kemudian itu bisa dijadikan pertimbangan mulai segi efektifnya.
4. Implikasi peningkatan
kedisiplinan yang dilakukan Qism al-Amn terhadap santri sangatlah berarti yang
mana adanya peningkatan tersebut semua
kegiatan dan santriwati pun dapat dengan
mudah dalam mencapai tujuannya, yakni berilmu, beramal, bertaqwa dan
berakhlakul karimah.[4]
Juga hasil
penelitian yang terkait dengan Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo dari
Yuni Astuti selesai pada tahun 2007 mencoba mengkaji penelitian Aktualisasi
Nilai-nilai Kecakapan Hidup Melalui Metode Sorogan Dalam Pembelajaran Kitab
Kuning (Studi Kasus di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo) sebagai
berikut:
1. Pembelajaran kitab
kuning melalui metode sorogan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Darul Huda
Mayak Ponorogo mengandung nilai (Personal Skill) atau kecakapan
kepribadian, didalamnya yaitu dengan anak mampu menghayati meteri isinya
sebagai hamba Allah, pada materi-materi tertentu seperti dalam kitab Sulamu
al-Taufiq bab kewajiban mukallaf. Selain itu santri dapat mengetahuai
kelemahan dan kelebihan masing-masing, hubungan guru dan murid menjadi lebih
akrab dan dapat melatih mental. Hal yang dialami santri tersebut merupakan
esensi dan nilai-nilai yang terkait dengan Personal Skill atau kecakapan
kepribadian.
2. Sorogan yang
diselenggarakan di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo mengandung
nilai-nilai (Thingking Skill) kecakapan berpikir. Seperti dalam
pembelajaran Safinah an-Najah bab thoharoh bahwasa dalam pelaksanaan anak mampu
menggali informasi, mengolahnya, dan dapat memecahkan secara kreatif. Dan
nilai-nilai yang terkandung tersebut merupakan esensi dan nilai (Thingking
Skill) kecakapan berpikir.
3. Pembelajaran kitab
kuning yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo
mengandung nilai (Sosial Skill) kemampuan sosial. Serta dalam
pembelajaran dalam kitab Fathu al-Khorib bab mu’amalah hal ini dapat
digambarkan dengan anak yang mau bekerjasama dengan teman-temannya dan mampu
menyampaikan pada temannya serta memahamkannya. Dari keterangan di atas
ditemukan esensi dari kecakapan sosial. Dan kegiatan sorogan anak dapat
bekerjasama dengan temannya dan dapat berkomunikasi dengan empati.
4. Pembelajaran kitab
kuning yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo
mengandung nilai akademik skill. Seperti dalam kitab Fathu al-Khorib bab
munakahat. Hal tersebut dapat di gambarkan dengan adanya kemampuan santri dalam
mengidentifikasi suatu masalah dan mampu menghubungkannya dengan fenomena tertentu
dan dapat meneliti suatu masalah karena ingin mengetahuinya. Dan keterangan
tersebut merupakan esensi dan nilai Academic
Skill.
5. pembelajaran kitab
kuning dengan metode sorogan yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Darul
Huda terdapat indikasi nilai kecakapan kejuruan (Vocational Skill)
karena di dalamnya terdapat proses untuk menjadi ahli agama, guru, da’i, dan
sebagainya.[5]
Dari hasil
telaah pustaka terhadap hasil penelitian terdahulu belum ada yang membahas
tentang Dinamika Pesantrem Menuju Lingkungan Belajar Yang Kondusif (Studi Kasus
Di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo).
G. Metode
Penelitian
1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Dalam
penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan pendekatan kualitatif
yang memiliki karakteristik alami sebagai sumber data langsung. Deskriptif
proses lebih dipentingkan dari pada hasil analisis dalam penelitian kualitatif
cenderung dilakukan secara analisis induktif dari hasil penelitian lebih
menekankan makna “dari pada” pada generalisasi.[6]
Jenis
penelitian yang peneliti lakukan adalah studi kasus penelitian lapangan (field
research) dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian
kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat ke “lapangan” untuk
mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah. Dalam
hal demikian, maka pendekatan ini terkait erat dengan pengamatan peran serta
peneliti lapangan biasanya membuat catatan lapangan secara ekstensif yang
kemudian dibuatkan kodenya dan dianalisis dalam berbagai cara.[7]
2. Kehadiran Peneliti
Peneliti
kualitatif berusaha berinteraksi dengan subjek penelitinya secara alamiah,
tidak menonjol dan dengan cara yang tidak memaksa. Jika peneliti memperlakukan
subjek sebagai subjek penelitiandan mungkin tidak bertindak dan bereaksi secara
alamiah dalam latar alamiah. Justru penelitian kualitatif tertarik untuk
menyidik orang-orangdalam latar alamiah tentang bagaimana mereka berfikir dan
bertindak menurut cara mereka. Dalam hal ini diusahakan agar jangan sampai
terjadi okleh kehadiran seorang peneliti, tindakan dancara para subjek menjadi
berubah.[8]
3. Sumber Data
a. Sumber data
primer
Dokumentasi Pondok
Pesantren Darul Huda Putra ini adalah tentang:
1) Sarana dan
prasarana Pondok Pesantren Darul Huda Putra.
2) Program kerja
Pengurus Pondok Pesantren Darul Huda Putra Mayak Ponorogo.
3) Peraturan-peraturan
dan tata tertib Pondok Pesantren Darul Huda Putra.
b. Sumber data
skunder
1) Dokumentasi
tentang upaya pengurus Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo.
2) Informan dari pihak yang bukan pengurus yang
mengetahui tentang kinerja pengurus.
4. Prosedur
Pengumpulan Data
Peneliti
dapat melaksanakan penelitian untuk mengumpulkan data agar tidak terjadi
kerancuan, maka tidak terlepas dari metode di atas yaitu peneliti mengunakan
metode:
a.
Teknik intervew
Teknik intervew dikenal dengan teknik wawancara. Teknik wawancara ini di gunakan
sebagai tehnik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti
ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya lebih sedikit atau kecil. Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh
peneliti dalam menggunakan metode interview dan juga angket (kuesioner) adalah
sebagai berikut:
1) Bahwa subjek atau
responden adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
2) Bahwa apa yang
dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.
3)
Bahwa interprestasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang
diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh
peneliti.[9]
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun
tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face)
maupun dengan menggunakan telepon atau yang lain, diantaranya sebagai berikut:
1)
Wawancara terstruktur
Dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah
menyiapkan data instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternatif jawabannya telah disiapkan.
2)
Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang
bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.[10]
Sedangkan
yang penulis gunakan untuk memperoleh
data yaitu dalam bentuk intervew yang tidak terstruktur, dimana penulis
menggunakan pertanyaan yang berdasarkan
pada poin-poin yang telah disiapkan, dan tidak menutup kemungkinan merubah atau menambah pertanyaan
yang digunakan.
b.
Teknik observasi
Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa observasi merupakan
suatu proses yang komplek, suatu proes yang tersusun dari berbagai proses
biologis dan psikologis. Dua diantaranya yang terpenting adalah proses
pengamatan dan ingatan.[11]
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan pada saat belajar santri di Pondok
Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo.
c.
Teknik dokumentasi
Dokumen bisa berbentuk gambar, tulisan, atau
karya-karya monumental seseorang. Hasil penelitian dari observasi atau
wawancara ini akan lebih dapat dipercaya apabila didukung oleh foto-foto atau
karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Dokumentasi ini digunakan untuk
mendapatkan data dengan jalan menyelidiki dokumen. Dokumen yang sudah ada dan mungkin tempat penyimpanan
informasi. Dokumen tidak hanya digunakan sebagai bahan penelitian yang bersifat
sejarah saja, tetapi juga bisa digunakan pada penelitian yang lain atau yang
bersifat masa sekarang.[12]
Metode ini digunakan dalam penelitian untuk
mengumpulkan data-data dokumen yang
ada seperti sejarah berdirinya pondok Pesantren Darul Huda, struktur organisasi
dan lain-lain.
5. Analisa Data
Analisa
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data dari Mils dan
Heberman, yang menggunakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan dengan cara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada
tahapan penelitian, sehingga sampai tuntas dan datanya sampai jenuh.
Adapun
langkah-langkah analisisnya sebagai berikut:
a. Mereduksi data
adalah merangkum, memilah hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting,
membuat kategori. Dengan demikian data yang telah direduksikan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data.
b. Setelah data
direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data atau menyajikan
data kedalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik,
matrik, network, dan cari. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh
data selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola baku yang
selanjutnya akan didisplaykan pada laporan penelitian.
c. Langkah ketiga
adalah analisis data kualitatif, dalam penelitian ini adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi.[13]
6. Pengecekan
Keabsahan Data
Keabsahan
data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas)
dan keandalan (reliabilitas).[14]Dalam
hal ini peneliti menggunakan teknik
keikutsertaan yang diperpanjang. Untuk itu peneliti akan berada di lokasi
penelitian di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo sampai tercapainya
kejenuhan pengumpulan data.
7. Tahapan-Tahapan
Penelitian
Ada
enam tahap kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini,
yaitu:
a. Menyusun
rancangan penelitian
Yakni hal-hal yang diperlukan dalam melakukan
penelitian, baik yang berupa tertulis seperti soal-soal/pertanyaaan yang akan
diajukan pada informan maupun alat-alat lain yang digunakan sebagai bukti
penelitian.
b. Memilih
lapangan penelitian
Langkah
yang di tempuh dalam penentuan lapangan penelitian adalah dengan jalan
mempertimbangkan teori substantif dan dengan mempelajari serta mendalami dan
menjajaki lapangan untuk melihat apakah
terdapat kesesuaian dengan kenyataan di lapangan.
c. Mengusus
perizinan
Tugas
peneliti disini adalah perlu mengetahui siapa saja yang berwenang memberikan
izin bagi pelaksaan penelitian.[15]Pertama-tama
yang peneliti lakukan adalah meminta ijin untuk melakukan penelitian kepada
Pengurus Pondok Pesantren Darul Huda, bahwa peneliti akan melakukan penelitian
mengenai dinamika pesantren menuju lingkungan belajar yang kondusif.
d. Menjajaki dan
menilai lapangan
Maksud
dan tujuan penjajakan lapangan adalah berusaha mengenal segala unsur
lingkungan, sosial, fisik, dan keadaan alam. Jika peneliti telah mengenalnya,
maksud dan tujuan lainnya ialah untuk membuat peneliti mempersiapkan diri,
mental, maupun fisik serta mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan.
Pengenalan lapangan dimaksudkan pula untuk menilai keadaan, situasi, latar, dan
konteksnya apakah terdapat kesesuaian dengan masalah hipotesis kerja teori
substantif seperti yang digambarkan dan dipikirkan sebelumnya oleh peneliti.[16]
e. Memilih dan
memanfaatkan informan
Informan
adalah orang dalam yang pada latar penelitian. Informan adalah orang yang di yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Kegunaan
informan bagi peneliti adalah membantu agar secepatnya tetap seteliti mungkin
dapat membenamkan diri dalam konteks setempat dan agar dalam waktu yang relatif
singkat banyak informasi yang terjaring.[17]
f. Menyiapkan
perlengkapan penelitian
Sebelum
penelitian dimulai, peneliti melakukan perijinan terlebih dahulu, kemudian
melakukan kontak dengan daerah yang menjadi latar penelitian melalui orang
dikenal sebagai penghubung terhadap penelitian yang kita lakukan. Persiapan alat tulis seperti bolpoint,
kertas, buku catatan, map, klip, dan alat perekam. Kemudian persiapan jadwal
wawancara, dan persiapan biaya pada tahap analisa data peneliti mempersiapkan
kertas folio, map, kertas HVS, dan komputer.[18]
H. Sistematika
Pembahasan
Sistematika
pembahasan skripsi ini terbagi menjadi lima bab yang masing-masing dapat
diuraikan.
Bab
pertama pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian
dan sistematika pembahasan.
Bab
kedua dinamika lingkungan belajar yang kondusif di pesantren meliputi
pengertian lingkungan belajar,lingkuingan belajar yang kondusif, faktor-faktor
yang mempengaruhi lingkungan belajar yang kondusif dan dinamika pesantren
sebagai lingkungan belajar.
Bab
ketiga dinamika pondok pesantren darul huda putra menuju lingkungan belajar
yang kondusif diantaranya paparan data umum yang meliputi: sejarah berdirinya,
letak geografis, sarana dan prasaran serta struktur organisasi. Dan paparan
data khusus meliputi: Lingkungan Belajar Di Pondok Pesantren Darul Huda Putra,
upaya-upaya pengurus Pondok Pesantren Darul Huda Putra serta faktor-faktor
pendukung dan penghambat dalam meningkatkan lingkungan belajar yang kondusif.
Bab
keempat analisis dinamika pondok pesantren darul huda putra menuju lingkungan
belajar yang kondusif meliputi analisis data tentang lingkungan belajar di
pondok pesantren darul huda putra, analisis upaya-upaya pengurus pondok
pesantren darul huda putra dalam meningkatkan lingkungan belajar yang kondusif dan
faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan lingkungan belajar
yang kondusif.
Bab
kelima membahas penutup, yang didalamnya berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB II
DINAMIKA LINGKUNGAN
BELAJAR YANG KONDUSIF
DI PESANTREN
A. Lingkungan
Belajar
1. Pengertian Lingkungan
Belajar
Sebelum
membahas lebih lanjut tentang lingkungan belajar, penulis akan memaparkan
sedikit pengertian belajar. Belajar adalah kegiatan yang
berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau
gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar
yang dialami siswa, baik ketika ia berada disekolah maupun dilingkungan rumah
atau keluarga sendiri.
Selanjutnya
sebagai landasan untuk memberikan pemahaman yang
lebih teoritis beberapa definisi tentang belajar sebagai berikut:
a.
|
b. Lyle, JR.,
Bruce R. Ekstrand mengatakan ”learning is any relatively permanent change
change in behaviour traceable to experience and practice”belajar adalah
perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang diakibatkan oleh pengalaman dan
latihan-latihan.
c. Guilford
mengatakan ”learning is any cange in behavior resulling from
stimulation” (belajar adalah perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari
rangsangan).[2]
d. Belajar adalah
suatu proses aktif, yang dimaksud aktif disini ialah bukan hanya aktivitas yang
nampak seperti gerakan-gerakan badan, akan tetapi juga aktifitas-aktifitas
mental, seperti proses berfikir, mengingat dan sebagainya.[3]
Sedangkan
yang dimaksud dengan lingkungan adalah sesuatu
yang berada di luar diri anak didik dan mempengaruhi perkembangannya. Sebagian
orang biasanya mengartikan lingkungan secara sempit, seolah-olah lingkungan
hanyalah alam sekitar diluar diri manusia atau individu. Lingkungan itu
sebenarnya mencakup segala material dan stimulus didalam dan di luar diri
individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis maupun sosial kultural.
Dengan demikian lingkungan dapat diartikan secara fisiologis, secara psikologis
dan secara sosio-kultural.
Secara fisiologis, lingkungan meliputi segala kondisi dan
material jasmaniah di dalam tubuh seperti gizi, vitamin, air, zat asam, suhu,
sistem saraf, peredaran darah, pernapasan, pencernaan makanan,
kelenjar-kelenjar indoktrin, sel-sel pertumbuhan dan kesehatan jasmani.
Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang yang diterima
oleh individu mulai sejak dalam konsensi, kelahiran sampai matinya. Stimulasi
itu misalnya berupa: sifat-sifat ”genes”, interaksi ”genes”, selera, keinginan,
perasaan, tujuan-tujuan, minat, kebutuhan, kemauan, emosi dan kapasitas
intelektual.
Secara sosio kultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi,
dan kondisi dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang lain. Yang
termasuk dalam linkungan ini adalah pola hidup keluarga, pergaulan kelompok,
pola hidup masyarakat, latihan, belajar, pendidikan, pengajaran, bimbingan dan
penyuluhan.[4]
Menurut Sartain (seorang psikolog Amerika) mengatakan bahwa yang dimaksud
lingkungan sekitar adalah
meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu
mempengaruhi tingkah laku manusia, pertumbuhan, perkembangan kecuali gen-gen.
Dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan bagi gen
lain.[5]
Lingkungan yang memungkinkan belajar siswa misalnya: gedung
sekolah, perpustakaan, laboratorium, pusat sarana belajar, museum, taman, kebun
binatang, rumah sakit, pabrik, dan tempat-tempat lain yang sengaja dirancang
untuk tujuan belajar siswa atau yang dirancang untuk tujuan lain tetapi kita
manfaatkan untuk belajar siswa-siswa kita.[6]
Dalam pendidikan, lingkungan merupakan salah satu faktor
yang ikut menentukan keberhasilan dan kegagalan siswa dalam belajar. Apabila
belajar dengan baik, tapi bila lingkungannya buruk maka mustahil dia bisa
belajar dengan baik.
Dari beberapa definisi di atas dapat dikemukakan bahwa
maksud lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar diri manusia dan
mempengaruhi perkembangannya. Sedangkan lingkungan belajar adalah lingkungan
tempat anak didik mendapat pendidikan atau tempat anak didik belajar yang sering
disebut milieu atau environment.
2. Jenis-jenis lingkungan
belajar
Menurut Sartain lingkungan itu dibagi menjadi tiga bagian
sebagai berikut:
a. Lingkungan alam atau luar (external
or physical environmet)
Yang dimaksud
dengan lingkungan alam atau luar ialah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini
yang bukan manusia, seperti: air, iklim, hewan, dan sebagainya. Jadi, sesungguhnya
sangat sukar bagi kita untuk menarik batas yang tegas antara ”diri kita
sendiri” dengan ”lingkungan kita”.
b. Lingkungan dalam (internal
environment)
Yang
dimaksud dengan lingkungan dalam ialah segala sesuatu yang termasuk lingkungan
luar/alam. Akan tetapi makanan yang sudah di dalam perut kita, kita akan berada
antara eksternal dan internal environment kita. Karena makanan yang
sudah dalam perut kita sudah atau sedang dalam pencernaan dan peresapan ke
dalam pembuluh-pembuluh darah. Makanan dan air yang telah berada di dalam
pembuluh-pembuluh darah atau di dalam cairan limpa, mereka mempengaruhi
tiap-tiap sel di dalam tubuh, dan benar-benar termasuk ke dalam internal
environment atau lingkungan dalam.
c. Lingkungan sosial
atau masyarakat (social environmet)
Yang
dimaksud dengan lingkungan sosial ialah semua orang atau manusia lain yang
mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial itu ada yang kita terima secara
langsung dan ada yang tidak langsung. Pengaruh secara lengsung, seperti dalam
pergaulan sehari-hari dengan orang lain, dengan keluarga kita, teman-teman
kita, kawan sekolah, sepekerjan, dan sebagainya.[7]
Juga perlu
diketahui bahwa dari semua lingkungan masyarakat yang dapat digunakan dalam
proses pendidikan dan pengajaran secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga
macam lingkungan belajar yaitu sebagai berikut:
a. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sebagai sumber balajar
berkenaan dengan interaksi manusia dengan kehidupan masyarakat, seperti
organisasi sosial, sdat dan kebiasaan, mata pencaharian, kebudayaan,
pendidikan, kependudukan, struktur pemerintahan, agama dan sistem nilai.
b. Lingkugan alam
Lingkungan alam berkenaan dengan segala
sesuatu yang sifatnya alamiah seperti keadaan geografis, iklim, suhu udara,
musim, curah hujan, flora, fauna, sumber daya alam.
c. Lingkungan buatan
Lingkungan yang sengaja diciptakan atau
dibangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Lingkungan buatan ini antara lain irigasi atau pengairan, bendungan,
pertamanan, kebun binatang, perkebunan, penghijauan, dan pembangkit tenaga
listrik.[8]
3. Syarat-syarat
lingkungan belajar
Ruang belajar mempunyai peranan yang cukup besar dalam
menentukan hasil belajar yang memenuhi hasil belajar seseorang. Setiap siswa hendaknya memilih ruang belajar yang
memenuhi persyaratan fisik tertentu. Persyaratan yang diperlukan untuk
ruang belajar adalah sebagai berikut:
a. Bebas dari gangguan
Vocsk mengatakan
bahwa kesunyian tidaklah esensial untuk belajar dan tidak ada tempat yang
mutlak sunyi. Tetapi, jika anda punya motivasi dan daya konsentrasi kuat, ditepi
jalanpun bisa jadi sunyi buat anda. Kita tidak akan bisa memusatkan diri pada
pelajaran apabila setiap kita sedang membaca buku atau menyelesaikan soal-soal,
suara diluar demikian gaduhnya.
Ruang belajar juga
harus bebas dari kemungkinan gangguan dari orang lain. Misalnya, jika kita
belajar sambil menjaga toko tentu hasilnya tidak sebaik jika kita belajar tanpa
kita sambil menjaga toko.
b.
Sirkulasi dan suhu udara
yang baik
Pada zaman modern ini, bagi mereka yang mampu tentu akan lebih baik
menyediakan alat pengatur udara (AC). Namun jika tidak memiliki ruang yang
sirkulasi udara yang cukup baik, maka carilah tempat dan waktu yang baik untuk
itu. Suhu udara haruslah yang enak untuk diri anda, tidak terlalu panas dan
tidak terlalu dingin. Jika punya kamar sendiri dan kebetulan ventilasinya
kurang baik, jangan segan-segan untuk membuat jendela.
c.
Penerangan yang baik
Cahaya yang baik datangnya haruslah dari sisi atau
atas kita dan bukan cahaya langsung. Cahaya yang jatuhnya kepermukaan buku
secara tidak langsung. Cahaya yang jatuhnya kepermukaan buku secara tidak
langsung, akan meringankan beban mata kita.
Penerangan
yang ideal adalah yang tidak langsung dan merata diseluruh ruangan. Pada siang
hari tentu kita akan menggunakan cahaya dari luar melalui jendela. Sebaiknya
jika kita menulis dengan tangan kanan, maka cahaya datangnya dari arah kiri.
Untuk mendapatkan sinar yang tepat tersebut, aturlah meja tulis anda sehingga
cahaya yang datang dari jendela disiang hari bisa jatuh dengan baik. Menurut
Vocks cahaya lampu pijar tak langsung yang lembut (tungsten soft light)
berkekuatan 50 watt (3 lilin) dengan jarak kira-kira satu meter sudah cukup.[9]
Jadi lingkungan
belajar disini tidak harus sunyi, bagus dan memakai AC, namun lingkungan yang
digunakan untuk belajar adalah nyaman dan siswa dapat konsentrasi dengan belajarnya.
B.
Lingkungan Belajar Yang Kondusif
Tahap awal dari proses pembelajaran adalah begaimana
kita dapat menyiapkan suasana yang kondusif. untuk bisa menciptakan lingkungan
atau sekolah yang kondusif dan mendukung proses pembelajaran, maka sekolah haruslah
memberikan kesan sebagai suatu tempat yang menghargai murid sebagai seorang
manusia, yang pemikiran dan idenya dihargai sepenuhnya. untuk menciptakan
kondisi ini.[10]
Orang
dewasa yang sedang belajar memerlukan suasana belajar yang kondusif agar proses
belajarnya dapat berjalan dengan lancar. Suasana belajar yang dianjurkan
oleh Lunandi sebagai berikut:
1. Kumpulan manusia
aktif
2. Suasana saling
menghormati
3. Suasana saling
menghargai
4. Suasana saling
percaya
5. Suasana penemuan diri
6. Suasana tidak
mengancam
7. Suasana keterbukaan
8. Suasana mengakui
kekhasan pribadi
9. Suasana
memperbolehkan perbedaan
10. Suasana mengkui hak
untuk berbuat salah
11. Suasana membolehkan
keragu-raguan.[11]
Menurut
Soedomo, kondisi belajar yang perlu dipertimbangkan dalam pendidikan luar
sekolah adalah:
1. Mendorong peserta
didik aktif
2. Mendorong peserta
didik menemukan dan mengembangkan gagasan
3. Memungkinkan peserta
didik belajar sesuai dengan minat dan perhatian peserta didik
4. Memungkinkan peserta
didik belajar sesuan dengan sumber daya lingkungnnya
5. Memungkinkan peserta
didik mengakui kekuatan dan kelemahan yang terjadi di masyarakat
6. Memungkinkan peserta
didik mengkaji kelamahan dan kelemahan diri dan kelompoknya
7. Suasana keterbukaan
8. Memungkinkan peserta
didik tumbuh sesuai dengan nilai dan norma yang ada di masyarakatnya.[12]
Jika
diamati, pendapat Lunandi dan Soedomo tentang suasana belajar dapat saling
melengkapi. Oleh karena itu, dari kedua pendapat tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa suasana belajar yang kondusif bagi orang dewasa adalah sebagai
berikut:
1. Mendorong peserta
didik untuk aktif dan mengembangkan bakat
2. Suasana saling
menghormati dan saling menghargai
3. Suasana saling
percaya dan terbuka
4. Suasana penemuan diri
5. Suasana tidak
mengancam
6. Suasana mengakui
kekhasan pribadi
7. Suasana omembolehkan
perbedaan, berbuat salah, da keragu-raguan
8. Memungkinkan peserta
didik belajar sesuai dengan minat, perhatian, dan sumber daya lingkungannya
9. Memungkinkan peserta
didik mengkui dan mengkaji kelemahan dan kekuatan pribadi, kelompok, dan masyarakatnya
10. Memungkinkan peserta
didik tumbuh sesuai dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat.[13].
Agar
lingkungan kelas menggairahkan maka perlu segala sesuatu diperhatikan agar
lingkungan belajar dapat kondusif. Menciptakan suasana belajar yang
menggairahkan, perlu memperhatikan pengaturan atau penataan ruang kelas atau
belajar. Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak
didik duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa. Dalam
pengaturan ruang belajar, hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Ukuran dan bentuk
ruang kelas
2. Bentuk serta ukuran
bangku dan meja anak didik
3. Jumlah anak didik
dalam kelas
4. Jumlah anak didik
dalam setiap kelompok
5. Jumlah kelompok dalam
kelas
6. Komposisi anak didik
dalam kelompok.
Selain itu
perlu memperhatikan pengaturan atau penataan ruang kelas atau belajar agar
lingkungan tersebut menggaerahkan, diantaranya sebagai berikut:
1.
Penggunaan alat-alat pengajaran
Diantara
alat-alat pengajaran di Kelas yang harus diatur adalah sebagai berikut:
a. Perpustakaan kelas
1. Sekolah yang maju
memiliki perpustakaan disetiap kelas
2. Pengaturannya
dilakukan bersama-sama anak didik
b. Alat-alat peraga atau
media pengajaran
1. Alat peraga atau
media pengajaran semestinya diletakkan di Kelas agar memudahkan penggunaannya
2. Pengaturannya
dilakukan bersama-sama anak didik
c. Papan tulis, kapur
tulis, dan lain-lain
1. Ukurannya disesuaikan
2. Warnanya harus
kontras
3. Penempatan
memperhatikan estetika dan terjangkau oleh anak didik
d. Papan presensi anak
1. Ditempatkan dibagian
depan sehingga dapat dilihat oleh semua anak didik
2. Difungsikan sebagaimana mestinya
2.
Penataan keindahan dan kebersihan
kelas
a. Hiasan dinding
Hiasan
dinding (pajangan kelas) hendaknya dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran,
misalnya:
1. Burung garuda
2. Teks proklamasi
3. Slogan pendidikan
4. Gambar pahlawan
5. Peta atau globe
6. Gambar presiden dan
wakil presiden
b. Penempatan lemari
1. Lemari buku yang
ditempatkan didepan
2. Lemari alat-alat peraga diletakkan dibelakang
c.
Pemeliharaan kebersihan
1. Anak didik bergiliran
membersihkan dan ketertiban kelas
2. Guru memeriksa
kebersihan dan ketertiban kelas
d.
Ventilasi dan tata cahaya
1. Ventilasi sesuai
dengan ruangan kelas
2. Sebaiknya tidak
merokok
3. Pengaturan cahaya
perlu diperhatikan sehingga cahaya yang masuk cukup
4. Cahaya masuk dari
arah kiri, jangan berlawanan dengan bagian depan.[14]
Jika
individu atau peserta didik merasa tertarik atau berminat dalam melakukan aktivitas
belajar, maka peserta didik tersebut menunjukkan sikap-sikap perilaku belajar
yang baik berupa: peserta didik menunjukkan gaerah yang tinggi dalam melakukan
aktivitas belajar sekalipun dalam waktu yang lama, aktif, kreatif, dan
produktif dalam melaksanakan aktivitas dan menyelesaikan tugas-tugas belajar.[15]
Kelancaran
proses belajar ditentukan dari suasana belajarnya. Jika suasana belajar
kondusif, maka kelancaran dalam belajar akan semakin mudah diperolehnya.
C. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Lingkungan Belajar Yang Kondusif
Faktor-faktor
yang mempengaruhi lingkungan belajar yang kondusif dapat dibagi menjadi dua:
1. Faktor eksternal
(pemenuhan kebutuhan fisik)
Kebutuhan
fisik ini mempunyai arti luas. Tidak hanya fisik dalam arti kata lapar dan
haus. Daftar berikut
merupakan faktor fisik yang harus mendapat perhatian:
a. Fisik murid
Pesan untuk
guru sangat jelas dan sederhana. Murid tidak akan bisa belajar maksimal bila
mereka lapar, terlalu kenyang, haus, lelah, terlalu panas, terlalu dingin atau
terlalu dibatasi gerak-geriknya. Bila faktor fisik ini mempengaruhi proses
pembelajaran, hal ini harus segera diatasi. Murid tidak akan bisa belajar bila
mereka sakit, sedang dalam proses penyembuhan atau mengantuk.
b. Fisik dan fasilitas
pendukung ruang belajar
Bila kita
masuk kedalam satu kelas dan melihat cara pengaturan ruang, kita selalu akan
melihat meja dan kursi yang disusun berurutan membentuk membentuk baris. Fisik
dan fasilitas pendukung belajar diantaranya:
1) Bentuk meja dan kursi
hal yang
perlu diperhatikan adalah ukuran dan bentuk kursi serta meja yang dugunakan
oleh murid. Sudah saatnya merancang kursi dan meja yang ergonomis yang
memberikan kenyamanan pada anak didik. Rasa nyaman ini sangat menunjang
terjadinya proses pembelajaran secara maksimal.
2) Postur tubuh yang
benar
Posisi
tubuh saat duduk juga sangat berpengruh. posisi tubuh ideal adalah posisi
dimana tubuh tegak namun tidak dipaksakan. Bila posisi duduk ini salah, murid
biasanya akan mudah lelah dan mengantuk.
3) Ukuran kelas
Ukuran
kelas yang efektif hingga saat ini masih dalam perdebatan. ada yang mendukung
kelas dengan jumlah murid yang banyak (lebih dari 30 orang). Ada yang mendukung
kelas yang berukuran kecil dengan jumlah siswa berkisar antara 20 hingga 25
orang. Riset yang dilakukan Mosteller pada 1995 terhadap 6.600 murid sekolah
dasar dalam 330 ruang kelas yang lebih kecil terjadi peningkatan pada hasil
pembelajaran matematika dan kemampuan membaca.
4) Suhu ruang kelas
Idealnya
setiap kelasdilengkapi dengan AC yang dapat mengatur temperatur ruang sesuai
kebutuhan. Bila ruang anda telah dilengkapi dengan AC, ini sangat memudahkan
pengaturan. Bila ruang tidak ber-AC, anda perlu memasang kipas angin dan
memperhatikan sirkulasi udara. Murid akan sangat sulit belajar dalam kondisi
ruang kelas yang panas dan udara yang stagman tidak bersirkulasi. Bukalah
jendela dan pintu untuk memperoleh cukup udara segar selama proses pembelajaran
berlangsung.
5) Pencahayaan
Faktor
pencahayaan juga sangat penting untuk diperhatikan.[16] Ruangan anda harus
mendapatkan cukup cahaya supaya anda tidak harus melelahkan mata, namun inipun
merupkan pilihan pribadi.[17]
6) Ketenangan kelas
Ketenangan
kelas ini sangat penting, seringkali guru yang telah menyiapkan materi
pembelajaran dengan sangat baik dan menggunakan metode penyampaian yang baik, harus gagal karena apa
yang diajarkan tidak dapat diterima dengan maksimal oleh anak didik dikarenakan
pengaruh ribut dari luar ruang kelas.[18] Ketika belajar fisik
murid sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar, fisik disini mengakup
jasmani maupun rohani.
2. Faktor internal (pemenuhan kebutuhan akan rasa
aman, dicintai, dan dihargai)
Pemenuhan
kebutuhan akan rasa aman, dicintai dan dihargai melibatkan guru dan murid itu
sendiri. Peran guru disini sangat besar. Apapun yang guru lakukan akan selalu
mendapat perhatian dari murid dan tentu saja akan berdampak pada diri murid.
Cara
memenuhi kebutuhan rasa aman, dicintai dan dihargai ini diantaranya:
a. Perasaan diterima
Perasaan
diterima diartikan sebagai perasaan disetujui dan dihargai baik oleh sesama
rekan maupun oleh guru. Murid yang memiliki perasaan diterima akan merasa bahwa
mereka adalah bagian dari satu kelompok yang memiliki arti penting bagi
dirinya.
b. Aspirasi
Siswa yang
mempunyai aspirasi akan dapat menetapkan suatu tujuan pembelajaran yang
realistis dan terukur pencapaiannya. Mereka akan mengambil tanggung jawab
terhadap akibat akibat yang mungkin timbul dari keputusan yang berhubungan
dengan aspirassi mereka.
c. Rasa aman
Rasa aman
didefinisikan sebagai suatu perasaan nyaman dan aman saat berada dalam suatu
kelompok. Perasaan aman ini melibatkan suatu perasaan akan kepastian. Murid
yang merasa aman, baik secara fisik maupun psikologis (mental dan emosional),
akan bersedia mengmbil risiko. Resiko ini termasuk resiko ”gagal” dalam proses
pembelajaran.[19]
Menciptakan
rasa aman di Kelas adalah tanggung jawab guru. Siswa membutuhkan rasa aman dan
terjamin di Kelas sehingga mereka menjadi pelajar yang produktif. Ada tiga hal
yang menyebabkan siswa merasa tidak aman, yaitu:
1) Merasa dipandang aneh
oleh guru dan siswa lain
2) Pekerjaannya dirusak
oleh siswa lain
3) Perkelahian dikelas.[20]
d. Tantangan
Tantangan
dibutuhkan untuk bisa memperluas zona kenyamanan kita (comport zone).
Zona kenyamanan adalah suatu zona dimana kita merasa aman, nyaman, puas dengan
diri dan keadaan kita.
e. Identitas
Rasa
identitas yang kuat berarti seorang siswa mengetahui dengan pasti kekuatan dan
kekurangannya, nilai dan kepercayaan yang ia pegang. Murid yang mempunyai rasa
identitas yang kuat akan mempunyai daya tahan mental yang kuat, dengan demikian
mereka akan tahan terhadap akibat negatif yang dapat ditimbulkan oleh stres
yang bersifat negatif.
f. Sukses
Kehadiran
sukses dalam diri seorang murid ditandai dengan perasaan puas akan prestasi
mereka. bila murid sadar bahwa mereka sendiri yang menentukan keberhasilan
mereka, mereka akan memiliki kesadaran akan kekuatan mereka dan kemauan untuk
meletakkan dan mengartikan suatu tantangan atau hambatan secara proporsional.[21]
Faktor
internal di sini lebih sulit dari faktor eksternal. Rasa aman, dicintai, dan
dihargai ini yang membuat murid semakin percaya diri dalam belajarnya. Jadi, lingkungan
belajar di sini sangat besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa.
Dapat disimpulkan, siswa berhasil dalam belajarnya tidak hanya tinggi dalam
kecerdasannya, namun lingkungan tempat ia belajar juga sangat mempengaruhinya.
D. Dinamika pesantren sebagai lingkungan belajar
Pesantren
berasal dari kata santri, dengan awalan pe dan akhiran an, berarti tempat
tinggal santri. Profesor Johns berpendapat bahwa istilah santri berasal dari
bahasa tamil yang berarti guru mengaji. Sedangkan pesantren itu sendiri adalah
suatu lembaga pendidikan islam imdonesia yang bertujuan untuk mendalami ilmu
agama islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian atau tafaqquh
fi ad-din dengan menekankan pentingnya moral dalam hidup bermasyarakat.
Sedangkan
tujuan utama didirikannya pesantren adalah
untuk mendalami ilmu-ilmu agama (tauhid, fiqh, ushul fiqh, tafsir,
hadits, akhlak, tasawuf, bahasa arab, dan lain-lain). Diharapkan santri yang
keluar dari pesantren telah memahami beraneka ragam untuk pelajaran agama
dengan kemampuan merujuk kepada kitab-kitab klasik.[22]
Kemunculan
pesantren diawali dengan pengajian-pengajian yang diadakan oleh seseorang yang
dianggap ’alim di pedesaan-pedesaan dimana santri yang berdatangan
adalah masyarakat sekitar yang ingin memperdalam pengetahuan ke-Islaman pada
kiai tersebut. Santri sekitar daerah kiai tersebut biasanya nglaju
(santri pulang-pergi atau tidak menetap).
Namun
lambat laun dalam perkembangan selanjutnya, realitas seperti ini akan bergeser,
tatkala nama seorang ulama semakin tersohor, santri yang berdatangan dan hendak
berguru kepadanya semakin banyak, tidak hanya sebatas penduduk daerah
sekitarnya saja, namun banyak yang datang dari luar daerah tempat tinggal kiai.
Mula-mula santri semacam ini akan tinggal di rumah-rumah prnduduk sekitar
lingkungan kiai dengan membawa bekal sendiri-sendiri.
Istilah pondok
ini berasal dari kata bahasa arab yaitu funduk yang berarti hotel atau
rumah penginapan. Namun seiring dengan perjalanan waktu dan semakin banyaknya
santri yang berdatangan dan jauh dari tempat tinggal seorang kiai serta tidak
memungkinkan dia nglaju, maka pada akhirnya dibuatlah rumah-rumah kecil
untuk menginap santri yang datang dari berbagai daerah. Inilah benih-benih yang
nantinya disebut dengan pesantren.[23]
Pondok
pesantren adalah merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran Islam dimana di
dalamnya terjadi interaksi aktif antara kyai atau ustadz sebagi guru dan para
santri sebagai murid dengan mengambil tempat di masjid/mushola, ruang kelas,
atau emper asrama (pondok) untuk menguji dan membahas buku-buku teks keagamaan
karya ulama masa lalu. Buku-buku teks ini dikenal dengan sebutan kitab
kuning, karena dulu kitab-kitab itu umumnya ditulis atau dicetak di atan
kertas berwarna kuning. Hingga sekarang penyebutan itu tetap lestari, meski
sudah banyak di antaranya yang dicetak ulang menggunakan kertas putih.
Kyai/ustadz, santri, masjid/mushola, (kitab kuning) inilah yang menjadi unsur
pokok pendidikan pesantren.
Jauh
sebelum masa kemerdekaan, pondok pesantern telah menjadi sistem pendidikan.
Hampir di seluruh pelosok nusantara, khususnya di pusat-pusat kerajaan Islam,
terdapat lembaga pendidikan yang kurang lebih serupa dengan pesantren, meski
dengan nama yang berbeda-beda, seperti Meunasah di Aceh, surau di
minangkabau, dan pesantren di jawa. Namun kapan kepastian awal sejarah
kemunculan dan asal usul pesantren, ini masih kabur.
Pandangan
ini diperkuat dengan penggunaan istilah pesantren yang sebenarnya. Seperti
halnya mengaji, bukan berasal dari bahasa arab, melainkan bahasa dari India.
Demikian juga dengan istilah langgar, surau di Minangkabau dan rangkan di Aceh.
Pada permulaan berdirinya, bentuk pesantren sangatlah sederhana. Kegiatan
pengajian diselenggarakan didalam masjid oleh seorang kiai sebagai guru dengan
beberapa orang santri sebagai muridnya.
Dalam
sejarah perkembangannya fungsi pesantren adalah mencetak ulama atau ahli agama.
Hingga dewasa ini fungsi itu tetap terpelihara dan dipertahankan. Namun seiring
dengan perkembangan zaman, selain kegiatan pendidikan dan pengajaran agama,
beberapa pesantren telah melakukan pembaharuan dengan mempertahankan dengan
mengembangkan komponen-komponen pendidikan lainnya, seperti ditambahkannya
pendidikan seperti madrasah ibtidaiyah (MI) sekolah dasar, madrasah tsanawiyah
(MTs) atau sekolah menengah pertama, madrasah aliyah (MA) atau sekolah menengah
keatas (SMA), bahkan perguruan tinggi (PTAI) atau perguruan tinggi umum (PTU).
Ada pula pondok pesantren yang menambah kegiatan pendidikannya pada pendidikan
non formal. Sedangkan untuk bidang pengembangan masyarakat pesantren kegiatan
dalam bidang koperasi, pertanian, wira usaha, agribisnis, perikanan,
ketrampilan, perbankan, syari’ah, dan lain-lain.[24]
Selain itu
lahirnya suatu pesantren berawal dari beberapa elemen dasar yang selalu ada
didalamnya. Ada lima elemen pesantren yang antara satu dengan yang lainnya
tidak dapat dipisahkan. Kelima elemen tersebut meliputi kiai, santri, pondok,
masjid, dan pengajaran kitab-kitab islam klasik atau yang sering disebut kitab
kuning.[25]Lembaga pendidikan dapat
disebut pesantren apabila terdapat kelima unsur tersebut, diantaranya sebagai
berikut:
1
kiai
Kiai atau
pengasuh pondok pesantren merupakan elemen yang sangat esensial bagi suatu
pesantren. Menurut asal mulanya perkataan kiai dalam bahasa jawa digunakan
dalam tiga gelar. Pertama, sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang
dianggap sakti dan kramat. Kedua, sebagai gelar kehormatan bagi orang-orang tua
pada umumnya. Dan ketiga sebagai gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada
seorang ahli agama islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren.
Kiai disini
mengacu kepada pengertian ketiga yakni gelar yang diberikan para pimpinan agama
islam atau pondok pesantren dan mengajarkan berbagai jenis kitab-kitab klasik
kepada para santrinya. Dalam perkembangannya gelar kiai tidak lagi menjadi
monopoli bagi para pemimpin atau pengasuh pondok pesantren. Gelar kiai dewasa
ini juga dianugerahkan sebagai bentuk penghormatan kepada seorang ulama’ yang
mumpuni dalam bidang keagamaan walaupun yang bersangkutan tidak memiliki
pesantren. Dengan kata lain bahwa gelar kiai tetap dipakai bagi seorang ulama’
yang mempunyai ikatan primordial dengan kelompok islam tradisional.[26]
2
Pondok
Pondok pada
umumnya sering juga disebut dengan pendidikan islam tradisional dimana seluruh
santrinya tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan seorang kiai. Asrama
para santri tersebut berada dilingkungan komplek pesantren, yang terdiri dari
rumah tinggal kiai, masjid, ruang untuk belajar, mengaji, dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya.
Pondok
merupakan ciri kas tradisi pesantren yang membedakannya dengan sistem
pendidikan lainnya yang berkembang dikebanyakan wilayah islam negara-negara
lain. Pentingnya pondok sebagai asrama para santri tergantung juga pada jumlah
santri yang datang dari daerah yang jauh.[27]
3
Masjid
Masjid
dianggap sebagai simbol yang tidak terpisahkan dari pesantren. Seorang kiai
yang ingin mengembangkan pesantren pada umumnya yang pertama menjadi prioritas
adalah masjid. Masjid juga tidak hanya sebagai tempat praktek rital ibadah,
tetapi juga tempat pengajaran kitab-kitab klasik dan aktifitas pesantren
lainnya.
Secara
etimologis menurut M. Qurais Shihab masjid berasal dari bahasa arab ” sajada”
yang berarti patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan tadzim.
Sedangkan secara terminologis, masjid merupakan tempat aktifitas manusia yang
mencarminkan kepatuhan kepada Allah. [28]
4
Santri
Santri
adalah siswa atau murid yang belajar di pesantren. Seorang ulama bisa disebut
sebagai kyai kalau memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam pesantren
tersebut untuk mempelajari ilmu-ilmu agama melalui kitab-kitab kuning. Oleh
karena itu eksistensinya kiai biasanya juga berkaitan dengan adanya santri yang
ada di pesantren.
5
Pengajaran kitab-kitab kuning
Pengajaran
kitab-kitab kuning ini khususnya karangan-karangan Madzab Syafi’i. Pengajaran
kitab-kitab kuning berbahasa arab dan tanpa harakat atau sering disebut kitab gundul
merupakan satu-satunya metode yang secara formal diajarkan dalam komunitas
pesantren di Indonesia.[29]
BAB
III
DINAMIKA PONDOK PESANTREN DARUL HUDA MENUJU LINGKUNGAN BELAJAR YANG
KONDUSIF
A.
Paparan Data Umum
1. Sejarah
Berdirinya Pondok Pesantren Darul Huda
Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo pada awal berdirinya mempunyai
pengertian bagitu sederhana yaitu suatu tempat pendidikan yang mempelajari ilmu
pengetahuan Islam dibawah bimbingan seorang Guru atau Kyai.
Pondok Pesantren Darul Huda berdiri sejak tahun 1968 dengan menggunakan
metode salafiatil hadisah dengan visi berilmu, beramal dan bertaqwa dengan
dilandasi akhlakul karimah serta mempunyai misi menumbuhkan budaya ilmu, amal
dan taqwa serta berakhlakul karimah pada jiwa santri, dalam pengabdiannya
kepada agama dan masyarakat dengan kurikulum dan sistem pembelajaran memakai
sistem asrama menggunakan metode teladan akhlak dan praktek, sorogan dan
wekton, mujahaddah kemakam auliya’, pengadaan kamar khusus bahasa dan
penyelenggaraan kegiatan ekstra kurikuler.
Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo dalam menyelenggarakan
pendidikannya menggunakan metode ”’ala nahji as-Salafiat al-hadisah”
dengan pengertian
|
Artinya: ”memelihara
(metode) lama yang baik (salafiah) dan mengambil metode baru yang lebih baik
(modern)”.[1]
Pondok Pesantren Darul Huda merupakan lembaga pendidikan islam yang telah
dikelola secara salafi dan modern yang bernaung dibawah yayasan Pondok
Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo. Metode yang diterapkan Pondok Pesantren
Darul Huda dalam bentuk adanya pendidikan formal yang mengajarkan ilmu-ilmu
umum atau hal-hal yang baik dengan tuntutan hidup dizaman modern ini dan juga
adanya pendidikan non formal yang berupa madrasah salafiah yang khusus
mengajarkan ilmu-ilmu agama islam dengan pengkajian kitab-kitab kuning. Selain
itu juga ada bina bingkat, bina minat dan bakat dan lain-lain terhadap hal-hal
yang sekiranya diperlukan oleh para santri untuk bekal hidupnya kelak. Dengan
metode tersebut santri-santri Pondok Pesantren Darul Huda dapat mempelajari
ilmu-ilmu agama secara utuh dalam arti tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu
pengetahuan agama seperti syaria’t, tauhid dan tasawuf, tetapi juga mempelajari
ilmu-ilmu pengetahuan yang bersifat umum seperti kimia, fisika, biologi,
matematika dan lain-lain dalam rangka tafakkaru fi khalqillah, sehingga
dengan metode tersebut akan membentuk santri yang mempunyai jiwa keagamaan yang
teguh serta dapat hidup secara fleksibel dalam msyarakat berbangsa dan
bernegara dizaman yang serba modern ini.[2]
2.
Letak
Geografis
Lokasi Pondok Pesantren
Darul Huda Mayak Ponorogo yang merupakan lokasi dalam
wilayah perkotaan di Kabupaten Ponorogo. Walau demikian namun jauh dari
kebisingan. Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo terletak di jalan Ir. H.
Juanda VI/ 38 Ponorogo, tepatnya didusun Mayak kelurahan Tonatan dan kecamatan
Ponorogo.
Lokasi ini merupakan letak
yang sangat strategis sehingga sangat mudah untuk dijangkau dari mana saja dan
oleh siapa saja, baik menggunakan kendaraan umum maupun menggunakan kendaraan
pribadi.
Pondok Pesantren Darul Huda
Mayak terletak di dusun Mayak desa Tonatan Kabupaten Ponorogo. Adapun
batas-batas dari dusun mayak Tonatan adalah:
Sebelah Utara : dibatasi oleh
jalan menur
Sebelah Selatan : dibatasi oleh kantor
Departemen Agama
Sebelah Timur : dibatasi oleh jalan
Suprapto
Sebelah Barat : dibatasi oleh
jalan jalan menur Gg IV.
Adapun Pondok Darul Huda dari Kecamatan Ponorogo sekitar
satu kilometer. Sedangkan Pondok Darul Huda dari Kabupaten Ponorogo
sekitar 3 kilometer.[3]
3. Sarana
dan prasarana
Sarana dan prasarana merupakan komponen yang
tidak bisa dipisahkan dalam mencapai tujuan pendidikan. Pada masing-masing
lembaga pendidikan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran akan dapat
mencapai tujuannya apabila sarana dan prasarananya mendukung.
Adapun sarana dan prasarana yang ada di Pondok Pesantren Darul Huda ialah asrama putra, asrama putri, ruang
pengajian atau belajar, ruang pimpinan atau kiyai, ruang guru atau ustadz,
ruang kantor/administrasi, masjid/mushola, perpustakaan, aula (ruang serba
guna), klinik, koperasi, ruang usaha, kamar mandi/toilet ustadz, kamar
mandi/toilet santri.[4]
Tabel 0.1;
Data sarana dan prasarana Pondok Pesantren
Darul Huda
NO
|
BANGUNAN
|
JUMLAH
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
|
Asrama Putra
Asrama putri
Ruang Pengajian atau Belajar
Ruang Pimpinan atau Kiyai
Ruang Guru atau Ustadz
Ruang Kantor/ Administrasi
Masjid/ Mushala
Perpustakaan
Aula (Ruang Serba Guna)
Klinik
Koperasi
Ruang Usaha
Kamar Mandi/ Toilet Ustadz
Kamar Mandi/ Toilet Santri
|
2
2
22
1
3
5
1
2
1
1
2
2
7
189
|
4. Struktur
Organisasi
Struktur Pondok
Pesantren Darul Huda Putra:
Pengasuh : KH. Abdus Sami’ Hasyim
Kabag : Abdul Wahid
Ketua : Anwar
Wakil : Arif Wibowo
Sekretaris I : Hasan Basri
Sekretaris II : Syaiful Mustofa
Bendahara I : Fuad Ali Muntaha
Bendahara II : Ihwan Sodiqin
Bidang-bidang:
1. Bidang
peribadatan : Nur Cholid
2. Bidang keamanan : Agus Rianto
3. Bidang
pendidikan : Mufid Saiful Ahyar
4. Bidang bingkat : Muhammad Rofi’i
5. Bidang
kebersihan : Tamrin Fathoni
6. Bidang sarpras : Ali Muhtarom.[5]
B. Paparan
data khusus
1 Lingkungan
belajar di Pondok Pesantren Darul Huda Putra
a. Lingkungan
belajar pada tahun 1968-1984
Untuk mengetahui lingkungan belajar, peneliti melakukan wawancara dengan Ustadz Fatawi selaku santri pada masa itu yang mengatakan
bahwa
Pada masa ini lingkungan belajar yang digunakan santri di antaranya, kamar yang
berjumlah dua kamar, kemudian pada tahun 1971 kamar ditambah menjadi enam kamar.
Lingkungan belajar santri pada waktu itu juga ada masjid dan kelas. Kelas pada
waktu itu masih pinjam yang bertempat di mayak kulon, sekitar 400 meter dari
lokasi pondok, jumlah kelas sebanyak lima kelas. Santri juga belajar di
rumah-rumah penduduk yang ada disekitar lokasi pondok. Sedangkan pencahayaan di
kelas dan masjid menggunakan lampu petromak, sedangkan di kamar dan di rumah
penduduk pencahayaan menggunakan lampu ublik (lampu tradisional). Sekitar
tahun 1977 pondok pesantren Darul Huda baru memiliki kelas sendiri yang
berjumlah empat kelas. [6]
b. Lingkungan
belajar pada tahun 1985-2000
Untuk mengetahui lingkungan belajar pada masa ini, peneliti melakukan
wawancara dengan ustad Dimyati selaku santri pada masa itu yang mengatakan
bahwa
Lingkungan belajar yang digunakan santri untuk belajar diantaranya, bangunan
baru di asrama putra yang berjumlah empat belas kamar. Sedangkan bangunan lama
tidak dipakai lagi. Kemudian pada sekitar tahun 1993 ada penambahan asrama
santri yang berlantai satu yang berjumlah tujuh kamar, maka jumlah keseluruhan
kamar santri adalah dua puluh satu kamar. Pada masa ini juga ada penambahan kelas
yang berjumlah sembilan kelas, jumalh kelas keseluruhan pada masa ini berjumlah
tiga belas kelas. Bangunan masjid juga ada perehaban. Sedangkan kondisi pencahayaan
pada waktu itu menggunakan listrik. [7]
c. Lingkungan
belajar pada tahun 2000-sekarang
Untuk mengetahui lingkungan belajar, peneliti melakukan wawancara dengan Saiful
Mustofa selaku sekertaris Pondok yang mengatakan bahwa
Pada masa ini Asrama ada penambahan, pada awalnya satu lantai menjadi empat
lantai, maka jumlah kamar menjadi lima puluh dua kamar. Bangunan masjid juga
diperlebar serta kelas berjumlah tiga puluh sembilan kelas. Penerangan pada
masa ini menggunakan listrik.[8]
2 Upaya-upaya
pengurus Pondok Pesantren Darul Huda Putra dalam meningkatkan lingkungan
belajar yang kondusif
a. Upaya Pengurus
pada tahun 1968-1984
Untuk mengetahui upaya yang dilakukan pengurus agar lingkungan belajar
kondusif, peneliti melakukan wawancara dengan Ustad Sholeh Hasan selaku santri
pertama pada masa ini yang mengatakan bahwa
Pada masa ini semua kembali pada santri masing-masing, yaitu ”himmah”
(tekat) yang ada pada diri mereka. Dan juga ”harsun” (lubo)
harapan santri pada waktu itu luar biasa. Pada masa ini kesadaran santri sangat
tinggi waktu itu, sebab hampir semua santri pada masa ini datang ke pondok
dengan tidak membawa bekal dari rumah, mereka dilain waktu belajarnya digunakan
untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan susahnya mencari uang yang
menyebabkan mereka semangat untuk belajar. Upaya lain agar santri belajar
adalah dari sebagian kalangan ustadz, pada masa ini ustadnya kereng-kereng
(keras dalam mengajarnya). Santri dilarang menulis ketika ustadnya sedang
menjelaskan materi, kemudian santri boleh menulis setelah selesai ustad
menjelaskan.[9]
b. Upaya Pengurus
pada tahun 1985-2000
Untuk mengetahui upaya yang dilakukan pengurus agar lingkungan belajar
kondusif, peneliti melakukan wawancara dengan Ustad Mudir Sunani selaku santri
pada waktu itu yang mengatakan bahwa
Pada masa ini pengurus mulai tertata, dari ketua pondok sampai
seksi-seksinya sudah ada, pada waktu itu adalah pada masa awal kepengurusan
secara terstruktur. Upaya yang dilakukan pengurus pada waktu itu juga sudah ada
untuk meningkatkan lingkungan belajar santri agar kondusif. Mereka melaksanakan
program-program kepengurusan secara bersama-sama, kemudian dari tahun ketahun
ada peningkatan tentang program-program dari pengurus.[10]
c. Upaya Pengurus
pada tahun 2001-sekarang
Dalam meningkatkan lingkungan belajar yang kondusif, Pengurus Pondok
Pesantren Darul Huda Putra, membuat program kerja dan peraturan-peraturan yang
menunjang pelaksanaan program kerja tersebut. Adapun program kerja Pengurus
Pondok Pesantren Darul Huda Putra adalah sebagai berikut:
1) Program Kerja
Pengurus Harian Pondok Pesantren Darul Huda Putra
a)
Tujuan
Umum
(1) Mengarahkan santri serta seluruh komponen yang ada di PPDH
menuju insan yang berilmu, beramal dan bertaqwa serta ber akhlaqul karimah.
(2) menjadi motor penggerak “AKSI” (Akhlaq,
Kedisiplinan dan Organisasi)
b)
Program
Kerja
(1) Pembenahan dan pengadaan kelengkapan administrasi pondok
(a) Papan struktur organisasi
(b) Papan data jumlah santri
(c) Papan info santri
(d) Kotak saran dan kritik
(e) Pemanfaatan kamar 02 Juhfah dan kantor pondok secara efektif dan
efisien
(f) Pembenahan Surat-surat dan kelengkapan administrasi
(g) Kartu tanda santri
(h) Buku Tamu
(i) Peraturan tamu atau wali santri
(j) Buku penerimaan Telpon
(k) Buku Induk
(l) Tempat baca koran
(m) Penataan ulang kelengkapan-kelengkapan tersebut
(2) Peningkatan
kedisiplinan dan loyalitas pengurus.
(a) Penyelenggaraan LKD/ Workshop kepemimpinan
(b) Kursus penggunaan komputer khusus pengurus
(c) Pengadaan buku kedisiplinan pengurus
(d) Pengadaan buku panduan pelaksanaan program kerja
(e) Penyelenggaraan Rapat rutinan pengurus
(f) Pengadaan Arisan seluruh pengurus
(3) Peningkatan kemandirian komplek dan kamar
(a) Penempatan santri, pertukaran anggota kamar
(b) Pembuatan kelengkapan administrasi kamar
(c) Pendataan kembali
pengurus dan anggota kamar
(4) Peningkatan kinerja
dan fungsi kepengurusan kamar
(a) Pembentukan dan penetapan dewan pembimbing kamar
(b) Pembentukan kembali pengurus kamar
(c) Pengadaan rapat rutinan kamar
(d) Pemberlakuan otonomi komplek secara terpimpin
(5) Pengadaan kegiatan eksternal
(a) Penyelenggaraan haflah akhir tahun
(b) Melaksanakan koordinasi dengan lembaga lain di dalam naungan
PPDH
(c) Berpartisipasi terhadap kegiatan di luar pondok yang sesuai
dengan peraturan.
(d) Mengikuti pelatihan-pelatihan
(e) Study Banding
2)
Program Kerja Bidang Peribadatan
a)
Program
Kerja Umum
(1) Sholat berjama’ah
(2) Dibaiyah
(3) Mujahadah
(4) PHBI
(5) Ta’ziran
b)
Program
Kerja Khusus
(1) Sub Bidang Jama’ah
(a) Mengatur jama’ah sholat maktubah
(b) Memberanglkat santri untuk sholat berjama’ah
(c) Mengadakan hafalan do’a –do’a dan wirid setelah sholat maktubah
(d) Mempersiapan keperluan sholat jum’at
(e) Mengatur pelajksaan shloat tarwih, idul fitrui, idul adha dan
malam lailatul qodar.
(f) Menatur jama’ah shoalat
(g) Mendartar muajin dan bilal
(2) Sub Bidang Dibaiyah
(a)
Memberikan bimbingan, pelatihan,
menjadual dan mengatur pelaksanaan dibaiyah
(b) Mengadakan latihan kultum bilal dan MC
(3) Sub Bidang Mujahadah
(a)
Mengatur pelaksanaan
mujahadah/PHBI
(b) Berkoordinasi dengan
bidang lain untuk mempersiapkan sarana dan prasarana mujahadah/PHBI
(4) Sub Bidang Penta’ziran
(a)
Menta’zir santri yang tidak sholat
jamaah
(b)
Menta’zjir santri yang terlambat
sholat jamaah
(c)
Menangani santri yang tidak
mengikuti kegiatan yang di wajibkan bidang peribadatan
(5) Sub Bidang Pembangunan
(a)
Membangunkan santri sebelum sholat
subuh dan sebelum sholat jum’at
(b)
Melarang santri agar tidak tidur
di masjid
(c)
Memberangkatkan santri untuk
mengikuti kegiatan- kegiatan yang di wajibkan bidang peribadatan
(6) Lain-lain
(a)
Membuat buku daftar pelanggar
3)
Program Kerja Bidang Keamanan
a)
Agenda
Kerja
(1) Harian
(a) Penguncian kamar dan gerbang.
(b) Pengabsenan kamar.
(c) Jaga malam.
(d) Patroli.
(e) Tabungan.
(f) Pemberian izin.
(2) Mingguan
(a) Ta’zian pelanggaran.
(b) Jaga telephon.
(c) Perekapan absen kamar.
(d) Sensor surat masuk / keluar.
(3) Bulanan
(a) Perekapan absen MMH
(b) Rapat evaluasi
(c) Rapat koordinator bidang.
(d) Rapat keamanan kamar.
(4) Tahunan
(a) Jaga malam 1 suro.
(b) Jaga malam tahun baru masehi.
(5) Kondisional
(a) Razia / operasi.
(b) Parkir.
(c) Pembenahan pagar.
(d) Penertiban sepeda.
(e) Pengerasan suara telephon.
4)
Program Kerja Bidang Pendidikan
a) Program Kerja Umum
(1)
Program Harian
(a) Pengajian Sorogan Al Qur’an Dan Kitab
(b) Pengajian Wekton
(c) Belajar Wajib
(d) Pengabsenan
(2)
Program Mingguan
(a) Syawir Nahwu Dan Fiqih
(b) Taqror
(c) Muhafadzoh
(d) Ta’ziran ( Penanganan Pelanggaran )
(3)
Program Bulanan
(a) Rapat Rutinan
(4)
Program Tahunan
(a) Pondok Ramadhan
(b) Pengajian, Seminar, Bedah
Buku dan atau kitab Pada Hari-Hari Khusus
b) Program Kerja Khusus
(1)
Pengajian Sorogan Al Qur’an Dan
Kitab
(a) Penyelenggaraan tes klasifikasi
(b) Pengadaan jadual dan kelompok pengajian
(c) Pengadaan kartu pengajian sorogan al Qur’an
(d) Pelaksanaan pertemuan pembimbing pengajian
(e) Penyelenggaraan tes kenaikan tingkat
(f) Penyelenggaraan halaqoh sema’an al Qur’an
(2)
Pengajian Wekton
(a) Pembuatan jadual
pengajian
(b) Pengadaan buku kontrol pengajian
(c) Pengjoreksian kitab pengajian
(3)
Pengabsenan
(a) Pengadaan Absensi
kegiatan ( Sorogan, Wekton, Syawir ) dibantu sekertaris
(b) Penyelenggaraan pengabsenan setiap kegiatan ( Sorogan, Wekton,
Syawir )
(c) Perekapan Absensi kegiatan
(4)
Syawir Nahwu Dan Fiqih
(a) Pengadaan jadual petugas dan materi syawir
(b) Pengadaan buku catatan syawir
(c) Pelaksanaan Syawir Kubro dan atau Bahtsul Masa’il
(5)
Muhafadzoh
(a) Pemberangkatan Muhafadzoh.
(b) Menjalin kerja sama
dengan HIMMAH.
(6)
Belajar Wajib Dan Atau Takror
(a) Pemberangkatan belajar wajib
(b)
Menjalin Kerja sama dengan
pengurus OSIS atau HIMMAH
(7)
Pondok Ramadhan
(a)
Pembuatan Jadual Pengajian Kilatan
(b)
Pembukaan dan Penutupan kegiatan
pengajian
(c)
Penerimaan santri kilatan dari
luar
(8)
Pengajian, Seminar , Bedah Buku
dan atau Kitab Pada Hari-Hari Khusus
(a)
Pengaturan jadual pengajian /
kegiatan tertentu
(b)
Pendataan peserta kegiatan
(c)
Pengawasan pelaksanaan kegiatan
(9) Ta’ziran
(a)
Penanganan pelanggar kegiatan
(b)
Kerja sama dengan bidang lain
dalam penta’ziran
(10)
Rapat Rutinan
(a)
Rapat intern sub bidang dengan
pembimbing
(b)
Rapat intern bidang pendidikan
5)
Program Kerja Bidang Binkat
a)
Sub Bidang Olah raga
(1)
Agenda Mingguan
(a)
Mengadakan latihan Olah raga
(b)
Penyediaan sara dan prasarana Olah
raga
(c)
Mengadakan liga konsul
(d)
Mengadakan pertandingan tennis
meja, Bola volli, bulu tangkis
(e)
Mengadakan senam/ lari pagi untuk
santri
(2)
Agenda Bulanan
(a)
Mengadakan pertanduingan
persahabatan
(3)
Agenda Tahunan
(a)
Mengadakan Pertandingan
persahabatan
b)
Sub Bidang Hadroh
(1)
Agenda Mingguan
(a) Pendataan peserta
kursus hadroh dan qoriah
(b)
Penyediaan sarana
(c)
Mengadakan kursus hadroh
(d)
Mengadakan kursus qiroah
(e)
Mengisi acara pondok
(2)
Agenda Bulanan
(a)
Menghadiri undangan – hadroh
(3)
Agenda Tahunan
(a)
Mengisi dan menyemarakkan acara
pondok
(b)
Mengadakan lomba
c)
Sub Bidang Kaligrafi
(1)
Agenda Mingguan
(a)
Pendataan peserta kursus
(b)
Penyediaan sarana dan prasarana
(c)
Mengadakan kursus kaligrafi
(2)
Agenda Bulanan
(a)
Praktek Ketrampilan
(3)
Agenda Tahunan
(a)
Mengadakan pameran karya santri
(b)
Diklat tutor kursus
(c)
Mengadakan lomba kaligrafi
(d)
Mengadakan rihlah / kunjungan
galeri
d)
Sub Bidang Bahasa
(1)
Agenda Harian
(a)
Mengadakan kursus bahasa
(b)
Menertibkan kawasan wajib berbahas
(c)
Menertibkan mufrodat baru.
(2)
Agenda Mingguan
(a)
Pendataan peserta kursus
(b)
Penyediaan sarana dan prasarana
(c)
Mengadakan muhadloroh
(d)
Halaqoh
(3)
Agenda Bulanan
(a)
Diklat bahasa lain
(b)
Evaluasi bahasa
(c)
Pengadaan madding
(d)
Rihlah bahasa
(e)
Huku
(4)
Agenda Tahunan
(a)
Musabaqoh Bahasa
6)
Program Kerja Bidang Kebersihan
a)
Tujuan
Umum
Menciptakan suasana
bersih, indah dan rapi, menuju kenyamanan dan kelancaran aktifitas sehari hari
b)
Program
Kerja
(1)
Harian
Pengawasan
terhadap :
(a)
Pelaksanakan piket lorong pagi dan
sore
(b)
Pembersihan kolah ( cuci kaki)
(c)
Pembersihan selokan
(d)
Pelaksanakan piket halaman
(2)
Mingguan
(a)
pembersihan jeding dan WC
(b)
pengepelan komplek yalamlam III
(c)
pengurasan kolah tempat wudlu
(3)
Bulanan
(a)
Pelaksanaan jum’at bersih
(b)
Rapat bulanan bidang kebersihan
(c)
Pembuatan jadwal pembagian lokasi
jum’at bersih
(d)
Pengepelan masjid
(4)
Tahunan
(a)
Pembuatan jadwal piket
(b)
Mengadakan lomba kebersihan kamar
(5)
Lain-lain
(a)
Pengadaan alat-alat kebersihan
meliputi: Penambahan alat-alat pel, Tong/ tempat sampah besar untuk menampung
sampah dari Lorong, dan Penyediaan ruang khusus kebersihan
(b)
Pembuatan saringan selokan
(c)
Hal-hal yang bersangkutan dengan
bidang kebersihan
7)
Progam Kerja Bidang Kesehatan
a)
Tujuan
Umum
(1)
Menumbuhkan sikap hidup sehat
(2)
Untuk lebih efisien waktu tenaga
dan biaya
(3)
Sebagai alternatif pertolongan
pertama
(4)
Sebagai upaya penyembuhan
(5)
Sebagai usaha meningkatkan
kecakapan penanganan preventif dan kemampuan menggunakan peralatan medis .
b)
Program
Kerja Umum
(1)
Mengadakan penyuluhan kesehatan
(2)
Mengadakan pengobatan masal
(bersipat preventif)
(3)
Menyediakan obat-obat P3K& P3P
(4)
Memeriksa santri yang sakit
(5)
Pelatihan UKS
c) Peraturan
Tekhnis Pelaksanaan Program Kerja
(1)
Mendatangkan tenaga ahli
(2)
Mengantarkan ketempat pengobatan
(3)
Membeli obat di apotik (langganan
pondok)
(4)
Mengantarkan kebalai kesehatan
(5)
Mendatangkan tenaga ahli
8) Program Kerja Bidang
Sar-Pras
a)
Kondosional
(1)
Mengganti dan menambah lampu yang
di butuhkan.
(2)
Memperbaiki alat-alat listrik.
(3)
Membantu dalam pembangunan Pondok:
(4)
Jadwal ro’an.
(5)
Menggerakkan ro’an.
(6)
Melengkapi alat-alat yang
dibutuhkan kepentingan umum { Pondok }.
(7)
Membuat jemuran dan taman
(8)
Merawat dan memperbaiki sarana
pondok :
(9)
Pipa-pipa dan kran-kran.
(10)
Atap-atap yang bocor.
(11) Pintu-pintu dan
fasilitas umum.
b) Bulanan
(1) Mencari kendaraan
mujahadah ke Tegal Sari
(2) Mengecek terhadap
fasilitas umum.
(3) Operasi fasilitas
umum
c) Tahunan
Peneliti juga melakukan
wawancara dengan seksi kebersihan putra dan pengurus osis madrasah aliyah, dari
hasil wawancara tersebut peneliti bisa membaca bahwa bentuk-bentuk upaya yang
dilakukan pengurus kebersihan putra dan osis madrasah aliyah agar lingkungan
belajar dapat kondusif lokasi tersebut dibuat jadwal bersih-bersih. Sebagaimana yang telah disampaikan
oleh Wahyudi selaku sekertaris seksi kebersihan dan Ma’ruf al-Amin selaku seksi kebersihan OSIS MA Darul
Huda yang mengatakan bahwa
Upaya yang dilakukan pengurus agar lingkungan belajar bersih adalah Di kamar
dan masjid ada piket bersih-bersih. Bersih-bersih di kamar dan masjid dilakukan
sehari dua kali. Pengepelan masjid dilaksanakan setiap satu minggu sekali. Bersih-bersih
semua lingkungan Pondok dilaksanakan satu bulan sekali. Kemudian agar kamar
indah dan nyaman kami melaksanakan lomba kamar dalam satu tahun sekali.[12]
Sedangkan kelas yang mengurusi langsung dari OSIS MA Darul Huda. Upaya yang
dilakukan agar kelas tetap bersih adalah pengurus kelas membuat jadwal piket.
Kemudian untuk kebersihan halaman madrasah pengurus OSIS menjadwal piket
bersih-bersih diwaktu pagi hari.[13]
Peneliti juga melakukan
wawancara dengan seksi pendidikan putra, dari hasil wawancara tersebut peneliti
bisa membaca bahwa bentuk-bentuk upaya yang dilakukan pengurus pendidikan putra
agar lingkungan belajar dapat kondusif dengan mengatur pemberangkatan santri,
ketika santri belajar dan sampai selesainya santri belajar. Sebagaimana yang telah
disampaikan oleh Hafid Mansur selaku koordinator syawir yang mengatakan bahwa
Program kami adalah semua aktifitas santri sudah kami atur. Di antaranya
adalah mulai mengebel sebagai tanda awal belajar santri dimulai. Kemudian kami
mengontrol lokasi Pondok agar santri semuanya menuju kelokasi belajarnya. Kami
juga melakukan kontrol dilokasi belajar santri agar santri tersebut belajar
sungguh-sungguh. Kami juga mengebel setelah
habis waktunya.[14]
Hal serupa diungkapkan Agus Rianto selaku
koordinator keamanan yang mengatakan bahwa
Agar santri dapat belajar dengan tenang, aman dan nyaman, disetiap kegiatan
belajar santri kami melaksanakan penguncian kamar-kamar santri. Tujuan kami
agar semua harta milik santri dapat terjaga. Jadi dengan adanya program ini
santri dapat belajar dengan tenang tanpa memikirkan harta benda mereka.[15]
Peneliti juga melakukan wawancara dengan Ali Muhtarom selaku koordinator
sarana dan prasarana yang mengatakan bahwa
Sarana dan prasarana di Pondok Pesantren Darul Huda Putra sangat penting.
Dikarenakan santri dapat belajar dengan tenang dan nyaman butuh akan sarana dan
fasilitas-fasilitas yang memadai. Yang kami laksanakan diantaranya pencahayaan
sebagai tempat belajar santri, kami segera mengganti lampu-lampu yang mati agar
belajar santri tidak tertunda akibat lampu yang mati.[16]
Hal serupa disampaikan Muklis Rofi’i selaku
koordinator seksi kesehatan yang mengatakan bahwa
Santri dapat memahami semua materi pelajarannya dikarenakan kondisi
fisiknya sehat, maka yang kami lakukan ketika ada santri yang sakit, kami
menyediakan obat-obatan dan kami menyediakan klinik kesehatan Pondok agar santri tersebut lekas sembuh
dan dapat mengikuti belajar lagi. Selain itu kami juga melaksanakan foging
dilingkungan Pondok serta kamar mandi dan toilet diberi abate (obat
pencegah nyamuk) agar santri bebas dari nyamuk.[17]
Upaya yang
dilakukan pengurus diantaranya menindak santri yang melanggar aturan dari
pengurus.[18]
Juga bagi santri yang sering melanggar tindakan pengurus lebih keras.[19]
Tindakan tersebut bertujuan agar santri tidak melakukan kesalahan yang kedua
kalinya.[20] Upaya pengurus pendidikan, keamanan, dan kebersihan
dilaksanakan mulai awal kegiatan belajar santri, proses belajar santri, dan
selesainya belajar santri serta upaya menciptakan kenyamanan tempat belajar
santri.[21]
3 Faktor-faktor
pendukung dan penghambat dalam meningkatkan lingkungan belajar yang kondusif
a. Faktor
pendukung pada tahun 1968-1984
Untuk mengetahui upaya yang dilakukan pengurus agar lingkungan belajar
tetap kondusif, peneliti melakukan wawancara dengan Ustad Sholeh Hasan yang
mengatakan bahwa
Bila di prosentase antara yang rajin belajar dengan yang tidak itu banyak
yang rajin. Faktor pendukung lain.[22]
b. Faktor
pendukung pada tahun 1985-2000
Untuk mengetahui faktor pendukung lingkungan belajar pada masa ini, maka
peneliti melakukan wawancara dengan ustadz Dimyati selaku santri pada waktu
itu, beliau mengatakan bahwa
Sebagian santri pada masa ini mempunyai tekat kuat, kesadaran untuk belajar
mereka sangat tinggi. Jadi santri belajar dengan sungguh-sungguh atas kesadaran
pribadi. Pada masa ini santri belajarnya tidak banyak, namun mereka dalam
belajarnya ini langsung di praktekkan (diamalkan) dalam kehidupan sehari santri.
Tingkat kepahaman terhadap materi lebih mengena pada masa ini. Pada masa ini
sudah ada kepengurusan secara terstruktur. Juga sudah ada program-program dari
pengurus untuk meningkatkan belajar santri.[23]
c. Faktor
pendukung pada tahun 2001-sekarang
Untuk mengetahui faktor pendukung lingkungan belajar, peneliti melakukan
wawancara dengan seksi pendidikan putra, dari hasil wawancara tersebut peneliti
bisa membaca bahwa faktor pendukung lingkungan belajar di Pondok Pesantren
Darul Huda Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Asfahani selaku anggota
seksi sarana dan prasarana yang mengatakn bahwa
Pada masa ini sarana dan prasana yang digunakan belajar santri sudah
memadai. Karena semua fasilitas belajar santri sudah dapat terpenuhi. Mulai kelas
yang sudah lengkap meja, kursi, papan tulis dan perlengkapan kelas sudah ada.
Sedang santri yang belajar dimasjid dan kamar juga sudah memadai fasilitasnya.
Tempat-tempa belajar tersebut sudah ada ventilasi udaranya (jendela) dan
pencahayaannya.[24]
Faktor-faktor pendukung lingkungan belajar juga dikatakan Mufid Saiful
Ahyar selaku koordinator seksi pendidikan yang mengatakan bahwa
Faktor-faktor pendukung lingkungan berajar dari intern santri diantaranya
santri mempunyai semangat belajar karena dari diri santri mempunyai motivasi
untuk belajar yang tinggi, punya cita-cita dan ada dorongan baik dari dirinya
untuk belajar. Kemudian yang ekstern diantaranya pengaruh teman-temannya yang
pandai yang membuatnya lebih semangat untuk belajar dan juga dapat dimungkinkan
program-program dari pengurus santri tersebut sangat menyukainya atau santri
tersebut merasa sangat nyaman ditempat belajarnya serta tidak merasa jenuh.[25]
Dengan adanya
kamar yang bersih, indah dan nyaman memudahkan santri untuk belajar.[26]
Juga keadaan kelas yang membuat santri dapat belajar dengan konsentrasi.[27]
Serta situasi masjid yang juga mendukung untuk belajar.[28]
a. Faktor
penghambat pada tahun 1968-1984
Untuk mengetahui faktor penghambat lingkungan belajar santri, peneliti
melakukan wawancara dengan Ustad Fatkhurrazi, dari hasil wawancara tersebut
peneliti bisa membaca bahwa faktor penghambat lingkungan belajar di Pondok
Pesantren Darul Huda sebagaimana yang telah disampaikan oleh Drs. H. Fatkhurrazi
selaku santri pada waktu itu yang mengatakan bahwa:
Pada masa ini faktor utama yang menghambat belajar di antaranya adalah
pencayaan. Pada masa itu santri yang belajar di Masjid dan kelas menggunakan
lampu petromak (lampu tradisional). Kendalanya adalah jika waktu akan
belajar lampu mati atau balonan lampu jebol, maka kegiatan belajar santri akan
dibatalkan atau libur. Faktor yang lain adalah dana, kalau dana ada semua
fasilitas untuk belajar dapat terpenuhi. pada masa ini dana masih sedikit, jadi
semua program dari Pondok untuk mendukung belajar belum terpenuhi. Juga belum mengenal
pemerintah, maka waktu itu beliau masih mengenal orang-orang kaya sebagai
donatur perkembangan Pondok. Faktor belajar, ada santri yang semangat belajar memang
juga ada sebagian santri yang lelah ketika sedang belajar karena pada waktu itu
hampir semua santri bekerja untuk memenuhi kebutuhannya dan ketika mereka belajar
banyak yang kelelahan. Juga ada sebagian santri yang mengantuk dan tidur waktu
belajar.[29]
b. Faktor
penghambat pada tahun 1985-2000
Untuk mengetahui faktor penghambat lingkungan belajar, peneliti melakukan
wawancara dengan ustad Dimyati yang mengatakan bahwa
Faktor yang menghambat terciptanya lingkungan belajar yang kondusif di antaranya
sebagian santri siang bekerja dan malamnya belajar, yang membuat mereka
kelelahan, selang beberapa tahun ada madrasah pagi, mulai berkurang santri yang
bekerja diluar kemudian mulai ada larangan santri untuk bekerja diluar. Pada
masa ini program-program dari pengurus sudah ada, namun pelaksanaannya masih
kurang maksimal dikarenakan masa ini adalah masa awal organisasi di Pondok.
Pada masa ini tindakan terhadap santri yang melanggar juga tergolong masih
kurang. Juga pada masa ini tindakan dari
pengurus terhadap santri yang melanggar program dari pengurus masih tergolong
kurang, karena santri masih ada saja yang melanggar namun tindakannya yang
kurang maksimal dari pengurus.[30]
c. Faktor
penghambat pada tahun 2001-sekarang
Untuk mengetahui faktor pendukung lingkungan belajar, peneliti melakukan
wawancara dengan seksi pendidikan putra, dari hasil wawancara tersebut peneliti
bisa membaca bahwa faktor penghambat lingkungan belajar di Pondok Pesantren
Darul Huda sebagaimana yang telah disampaikan oleh Mufti al-Anam selaku anggota
seksi pendidikan yang mengatakan bahwa
Faktor penghambat pada masa ini disebabkan ada sebagian santri yang kebiasaan
sehari-hari dirumah yang dimanja orang tuanya dalam belajarnya Atau kebiasaan belajar dirumah dengan cara
sendiri sedangkan di Pondok yang bersama-sama yang membuat santri kurang bisa
memahami pelajaran. juga mungkin ketika
sedang belajar tempat tersebut ramai oleh santri-santri yang lain yang
membuatnya sulit untuk belajar. Juga ada sebagian santri itu belum ada kedewasaan
betapa pentingnya belajar itu bagi mereka. Mungkin juga belajarnya yang
monoton, sebenarnya ketika belajar bersama-sama itu bisa menggunakan berbagai
metode agar tidak membosankan dalam belajarnya, namun kelihatannya ini masih
belum ada.[31]
Hal serupa dikatakan oleh Mufid Saiful Ahyar selaku koordinator seksi
pendidikan yang mengatakan bahwa
Dari teman-temannya, ketika melihat teman-temannya malas akan berdampak
besar pada diri santri, santri tersebut lambat laun juga akan malas untuk
belajar. Juga terlalu padatnya kegiatan di Pondok Pesantren Darul Huda ini yang
membuat santri kelelahan, juga ada yang tidur saat belajar berlangsung.
Akibatnya suasana menjadi tidak kondusif. Juga ada sebagian santri yang ramai sendiri ketika temannya belajar, kurang
kesadaran dari mereka yang akibatnya santri yang lain tidak bisa belajar.[32]
C. Rekapitulasi
hasil temuan penelitian
Matrik berikut menggambarkan dinamika lingkungan belajar Pondok Pesantren
Darul Huda Putra Mayak Ponorogo
Tabel 0.2;
Rekapitulasi hasil temuan penelitian
NO
|
HAL
|
TAHUN 1968-1984
|
TAHUN 1985-2000
|
TAHUN 2000-SEKARANG
|
1
|
Dinamika lingkungan belajar
|
Lingkungan belajar santri di
kamar, kelas, masjid dan rimah-rumah penduduk.
Pencahayaan menggunakan
lampu tradisional.
|
Lingkungan belajar santri
dikamar, masjid dan kelas.
Pencahayaan menggunakan
lampu listrik.
|
Lingkungan belajar santri di
kamar, kelas dan masjid.
Pencahayaan menggunakan
lampu listrik.
|
2
|
Dinamika upaya-upaya
pengurus
|
Pengurus belum ada
|
Pengurus ada secara terstruktur
beserta program-program kerjanya
|
Program-program tertata dan
penerapannya maksimal.
|
3
|
Dinamika faktor pendukung
lingkungan belajar
|
Kesadaran santri yang paling
utama, santri mempunyai himmah dan harsun
|
Pengurus dalam melaksanakan
program secara bersama
|
Pengurus independen beserta
seksi-seksinya
Sarana dan prasana belajar
memadai.
Program-program pengurus
terlaksana
|
4
|
Dinamika faktor penghambat
lingkungan belajar
|
Pencahayaan menggunakan
lampu tradisional.
Lampu mati maka belajarnya
akan libur.
Banyak santri yang kelelahan
akibat disiang harinya bekerja.
|
Upaya-upaya dari pengurus
belum maksimal karena dalam melaksanakan tugasnya tidak sesuai dengan
kompetensinya. Tidak ada dana untuk membangun sarana belajar.
Banyak santri yang kelelahan
karena disiang harinya bekerja
|
Lingkungan belajar santri
ramai.
Pengaruh teman.
Penuhnya kegiatan santri
yang menyebabkan mereka pada waktu belajar lelah
|
Dari tabel di atas, dinamika
lingkungan belajar menunjukkan peningkatan semakin pesat. Upaya-upaya pengurus
juga mengalami perkembangan, mulai belum adanya kepengurusan, kemudian ada
pengurus dengan program okerjanya yang belum bisa maksimal sampai kepengurusan
terstruktur yang seksi-seksinya dapat melaksanakan program-programnya
masing-masing.
BAB IV
ANALISIS
DINAMIKA PONDOK PESANTREN DARUL HUDA MENUJU LINGKUNGAN BELAJAR YANG KONDUSIF
A. Analisis Tentang
Lingkungan Belajar Di Pondok Peantren Darul Huda Mayak Ponorogo
Lingkungan
merupakan segala sesuatu yang berada diluar diri manusia dan mempengaruhi
perkembangannya. Dalam hal ini lingkungan belajar merupakan lingkungan suatu
lingkungan dimana peserta didik mendapatkan pendidikan atau tempat peserta
didik mendapatkan pendidikannya atau tempat peserta didik untuk belajar atau
suatu lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk belajar seperti gedung
sekolah, perpustakaan, laboratorium, pusat sarana belajar dan tempat lain yang
sengaja dibuat untuk dirancang untuk tempat belajar siswa, atau yang dirancang
untuk dimanfaatkan sebagai tempat belajar.
Sedangkan
lingkungan belajar yang kondusif merupakan suatu lingkungan yang bebas dari
gangguan (baik itu aspek fisiologis meupun psikologis), memiliki sirkulasi
udara dan suhu yang baik, penerangan yang memadai dan hal-hal lain yang
memungkinkan peserta didik nyaman dalam belajar.
Adapun lingkungan
belajar di Pondok Pesantren Darul Huda Putra Mayak Ponorogo sejak awal
berdirinya pada tahun 1968 mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dari suatu
pesantren yang sangat sederhana dengan sarana-prasarana yang sangat terbatas,
menjadi pesantren yang memiliki sarana dan prasarana yang sangat lengkap guna
mendukung proses pendidikan bagi para santri.
Santri
dapat mudah belajar karena ditunjang dengan lingkungan yang menyenangkan hal ini dikarenakan kondisi
sarana belajar seperti, perpustakaan, laboratorium, halaman kamar, kamar, dan
masjid serta tempat-tempat lain yang mungkin bisa membuat santri untuk belajar
dilingkungan Pondok Pesantren Darul Huda semakin memadai.
Sarana dan
prasarana di Pondok Pesantren Darul Huda Putra merupakan komponen yang tidak bisa dipisahkan dalam mencapai tujuan pendidikan. Dimana
proses pendidikan akan dapat mencapai tujuannya apabila ditunjang dengan sarana
dan prasarana yang mendukung proses pendidikan tersebut.
Pondok Pesantren Darul Huda sebagai suatu lingkungan belajar, dapat memberikan rasa aman terhadap para santri
karena kondisi kamar, sebagai tempat peristirahatan dan peletakan barang-barang
para santri terjaga keamanannya karena adanya program penguncian dari bidang
keamanan. Hal ini tentu saja berdampak positif terhadap kondisi kejiwaan para
santri ketika ia belajar di kelas, sehingga memungkinkan untuk berkonsentrasi
dalam proses pembelajaran.
Lingkungan belajar di Pondok Pesantren Darul Huda Putra
Mayak Ponorogo dapat dikatakan kondusif, karena santri dapat belajar dimana
saja dengan konsentrasi belajar yang baik.
B. Analisis Tentang
Upaya Pengurus Dalam Meningkatkan
Lingkungan Belajar Yang Kondusif Di Pondok Pesantren Darul Huda Putra Mayak
Ponorogo
Lingkungan belajar
yang kondusif harus memiliki suasana belajar yangmemungkinkan untuk peserta
didik aktif, saling menghormati, saling menghargai, saling percaya, tidak
mengancam dan keterbukaan.
Adapun berbagai
upaya yang dilakukan pengurus Pondok Pesantren Darul Huda Putra Mayak Ponorogo,
seperti program bersih-bersih lingkungan pondok yang meliputi piket harian,
pengepelan komplek, kerja bakti bulanan, dan lomba kamar pada setiap tahunnya.
Dengan
terjaganya aspek kebersihan di Pondok Pesantren Darul Huda Putra, santri dapat
belajar dengan tenang dan nyaman. Tentu saja hal ini akan berdampak positif
terhadap kenyamanan santri dalam belajar.
Program
penguncian kamar yang dilaksanakan oleh Pengurus Pondok Pesantren Darul Huda
Putra sangat berdampak positif terhadap aspek psikis santri. Sebab dengan
andanya program penguncian kamar tersebut, santri akan merasa aman dan nyaman
ketika proses pembelajaran berlangsung di kelas atau tempat lain di luar
lingkungan kamar Pondok Pesantren Darul Huda Putra Mayak Ponorogo.
Adapun
upaya-upaya pengurus pondok pesantren darul huda dalam meningkatkan
kedisiplinan santri seperti program pembunyian bel kegiatan santri, pengontrolan
kegiatan santri, pemberian ta’zir terhadap santri-santri yang melanggar
peraturan, berdampak positif terhadap lingkungan belajar di Pondok Pesantren
Darul Huda.
Kegiatan
ini menunjukkan bentuk-bentuk upaya yang dilaksanakan oleh pengurus pendidikan,
keamanan, dan kebersihan serta pengurus-pengurus lain untuk meningkatkan
lingkungan belajar yang kondusif. Dan apabila
santri melanggar, maka ada penanganan khusus dari pengurus berupa pemberian
sanksi. Bentuk bentuk sanksi atau hukuman yang diberikan pengurus tersebut
bersifat pendidikan dan tanpa kekerasan. Sehingga santri tidak mengalami
tekanan psikis.
Bentuk-bentuk
tindakan yang dilaksanakan pengurus agar dalam meningkatkan lingkungan belajar
yang kondusif dapat tercapai. Bentuk tindakan pengurus bermacam-macam, tindakan
yang langsung diberikan kepada santri dan juga tidak langsung.
Demi
tercapainya lingkungan belajar yang kondusif, maka pengurus berusaha seoptimal
mungkin dalam menjalankan tugasnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini pengurus
Pondok Pesantren Darul Huda Putra dalam melaksanakan upaya-upayanya cukup
baik. Dengan melaksanakan upaya dengan
program kerjanya. Dengan upaya pengurus tersebut tujuan untuk meningkatkan
lingkungan belajar yang kondusif dapat terwujud.
C. Analisis tentang
faktor-faktor pendukung dan penghambat Pondok
Peantren Darul Huda Mayak Ponorogo
1. Analisa faktor
pendukung
Di Pondok
Pesantren Darul Huda Putra Mayak Ponorogo dengan kamar yang tertata rapi,
kebersihan terjaga, penempatan pakaian, almari, dan buku yang rapi serta
ventilasi udara yang teratur membuat santri lebih nyaman untuk belajar. Keadaan
lingkungan belajar tersebut turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar.
Kualitas
guru, metode pengajaran, dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau
kelengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid dikelas, pelaksanaan tata
tertib sekolah, dan sebagainya di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo, turut
mempengaruhi keberhasilan belajar santri.
Adanya fasilitas
yang memadai serta keadaan pengurus yang tertata. Juga seksi-seksi dari
pengurus dapat melaksanakan tugasnya dengan baik ini membuat lingkungan belajar
santri menjadi kondusif.
2. Analisa faktor
penghambat
Penuhnya
kegiatan santri di Pondok Pesantren Darul Huda Putra Mayak Ponorogo membuat
santri harus pandai dalam membagi waktunya. Jika santri tersebut tidak bisa
membagi waktu, akibatnya santri tersebut akan kelelahan dalam melakasanakan
seluruh aktifitas belajarnya. Maka konsentrasi dalam belajar akan sangat sulit
tercapai dari diri santri. Dampak yang nyata mereka akan mengantuk ketika
sedang belajar berlangsung dan bahkan tidur ketika sedang belajar.
Sebenarnya
masalahnya satu, mereka tidak bisa membagi waktu, jika santri tersebut dapat
membagi waktu untuk belajarnya maka santri tersebut tidak akan kelelahan dalam
belajarnya.
Dengan
melihat masalah tersebut, faktor penghambat yang nyata adalah dari diri santri,
jika diri santri tersebut semangat maka akan mudah baginya membagi waktu untuk
belajar.
Penciptakan
suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa santai, karena dalam keadaan
santai inilah anda dapat berkonsentrasi dengan sangat baik dan mampu belajar
dengan sangat mudah. Dengan demikian faktor penghambat yang utama adalah dari
diri santri sendiri.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Lingkungan belajar di Pondok Pesantren Darul Huda Putra Mayak ponorogo
mengalami peningkatan yang sangat pesat, daru suatu lingkungan belajar
dengan sarana dan prasarana yang sangat sederhana menjadi lingkungan belajar
yang memiliki sarana dan prasarana yang kondusif terhadap kegiatan belajar
santri.
2. Upaya-upaya
Pengurus Pondok Pesantren Darul Huda Putra dalam meningkatkan lingkungan
belajar yang kondusif antara lain:
a. Pelaksanaan
kegiatan-kegiatan yang meningkatkan aspek kebersihan lingkungan pondok seperti
piket harian, pengepelan lingkungan pondok dan kerja bakti satu bulan sekali
dan pelaksanaan lomba kamar di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo.
b. Peningkatan
kedisiplinan; berupa pengawasan, pengaturan jadwal kegiatan santri dan
pemberian sanksi/ hukuman bagi santri yang melanggar peraturan Pondok.
c. Peningkatan
rasa aman; seperti pelaksanaan program penguncian kamar.
d. Perawatan
sarana dan prasarana pondok.
3.
|
B.
Saran
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa lingkungan
belajar di Pondok Pesantren Darul Huda
mengalami dinamika yang cukup signifikan dalam menuju lingkungan belajar yang
sehat dan kondusif. Oleh karenanya penulis menyarankan supaya hasil penelitian
ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam upaya merumuskan
kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pendidikan di lingkungan Pondok
Pesantren Darul Huda.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti. Upaya Qism al-Amn dalam Meningkatkan Kedisiplinan
Santriwati di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo (Skripsi, STAIN,
Ponorogo, 2007).
Astuti, Yuni. Aktualisasi Nilai-Nilai Kecakapan Hidup Melalui
Metode Sorogan Dalam Pembelajaran Kitab Kuning (Studi Analisis Di Pondok
Pesantren Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo)
(Skripsi, STAIN, Ponorogo, 2007).
Bahri Jamarah, Syaiful, Guru dan Anak Didik Dalam Interksi Edukatif
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005).
Bobbi Deporter Dan Mike Hernacki, Quantum Learning (Bandung:
Kaifa, 2003).
Dalyono, M. Psikologi Pendidikan: Komponen MKDK (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001).
Esti, Wuryani Djiwandono, Sri. Psikologi Pendidikan (Jakarta:
Pt Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002).
Hadis, Abdul. Psikologi Dalam Pendidikan (Sangat Penting Untuk:
Dosen, Guru, Mahasiswa, Orangtua, Masyarakat, dan Pemerhati Pendidikan).
J.Moleong, Lexi. Metodologi Penelitian Kualitatif (Semarang:
PT Remaja Rosda Karya, 2007).
Mustaqim. Psikologi
Pendidikan (Semarang: Pustaka Setia
Offset).
Mustaqim &
Wahid, Abdul. Psikologi Pendidikan (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2003).
Qomar, Mujamil. Tradisionalisme Ahlus Sunnah ke Uneversialisme
(Bandung: Mizan, 2002).
Rivai, Ahmad Dan Sudjana. Media Pengajaran (Bandung : Sinar Baru
Algesindo, 2001).
S. Sadiman Dkk, Arief. Media Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo
Pertsada, 1996).
Sudjana Dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2001).
Sugiono. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif Dan R Dan D
(Bandung: Alfabeta, 2007).
Suprijanto. Pendidikan
Orang Dewasa (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 46.
Thabrany, Hasbullah. Rahasia Sukses Belajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995).
Uhbiyati, Nur, dan Ahmadi, Abu. Ilmu Pendidikan Islam I (Bandung: Pustaka Setia, 1997).
Gunawan, Adi W. Genius Learning Strategy, 317-325.
Mahmud, Model-Model Pembelajaran
Pesantren (Tangerang: Media Nusantara, 2006), 1-5.
[1] Amin Haedari, Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Komplesitas
Global (Jakarta: IRD
Press, 2006), 25.
Amin Haedari, Panorama Dalam Cakrawala Modern (Jakarta:
Diva Pustaka, 2004), 6-8.
Haidar Putra Dailany, Historitas dan
Eksistensi Pesantren Sekolah dan Madrasah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001),
7-9.
[1] Lihat Transkip Dokumentasi Nomor: 01/D/F-1/25-III/2008,
dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
[1] Lihat
Transkip Dokumentasi Nomor: 03/O/F-2/07-IV/2008, dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
[1] Lihat
Transkip Dokumentasi Nomor: 03/D/F-1/27-III/2008, dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
[1] Lihat
Transkip Dokumentasi Nomor: 04/D/F-1/6-III/2008, dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
[1] Lihat
Transkip Wawancara Nomor: 01/01-W/F-1/5-III/2008. dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
[1]Lihat
Transkip Wawancara Nomor: 04/04-W/F-1/29-III/2008. dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
[1] Lihat
Transkip Wawancara Nomor: 06/06-W/F-1/8-IV/2008. dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
[1]Lihat
Transkip Wawancara Nomor: 05/1-W/F-1/5-III/2008. dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
[1] Lihat
Transkip Wawancara Nomor: 05/05-W/F-1/20-III/2008. dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
[1] Lihat
Transkip Dokumentasi Nomor: 05/D/F-1/29-III/2008, dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
[1]Lihat
Transkip Wawancara Nomor: 07/07-W/F-2/7-IV/2008. dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini..
[1] Lihat
Transkip Wawancara Nomor: 08/08-W/F-2/5-IV/2008. dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
[1] Lihat Transkip
Wawancara Nomor: 09/10-W/F-2/10-IV/2008. dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
[1] Lihat
Transkip Wawancara Nomor: 10/10-W/F-1/11-IV/2008. dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini..
[1]Lihat
Transkip Wawancara Nomor: 11/11-W/F-1/3-IV/2008. dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
[1]Lihat Transkip Wawancara
Nomor: 12/12-W/F-1/4-IV/2008. dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
[1] Lihat
Transkip Dokumentsi Nomor: 09/D/F-1/18-IV/2008.
dalam lampiran laporan hasil penelitian ini
[1] Lihat
Transkip Dokumentsi Nomor: 08/D/F-1/18-IV/2008. dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
[1] Lihat
Transkip Observasi Nomor: 02/O/F-2/01-IV/2008. dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
[1] Lihat
Transkip Observasi Nomor: 01/O/F-2/01-IV/2008. dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
[1] Lihat
Transkip Wawancara Nomor: 19/01-W/F-2/14-III/2008. dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
[1] Lihat
Transkip Wawancara Nomor: 14/0/04-W/F-2/5-IV/2008. dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
[1] Lihat
Transkip Wawancara Nomor: 13/13-W/F-3/6-IV/2008. dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
[1] Lihat
Transkip Wawancara Nomor: 15/14-W/F-3/18-IV/2008. dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
[1] Lihat
Transkip Dokumentsi Nomor: 05/D/F-1/13-IV/2008. dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
[1] Lihat
Transkip Dokumentsi Nomor: 06/D/F-1/16-IV/2008. dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
[1] Lihat
Transkip Dokumentsi Nomor: 07/D/F-1/16-IV/2008. dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
[1] Lihat
Transkip Wawancara Nomor: 17/03-W/F-3/8-IV/2008. dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
[1] Lihat
Transkip Wawancara Nomor: 20/3-W/F-2/6-IV/2007. dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
[1] Lihat
Transkip Wawancara Nomor: 20/3-W/F-2/6-Iv/2007. dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
[1] Lihat
Transkip Wawancara Nomor: 20/3-W/F-2/6-Iv/2007. dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
PEDOMAN WAWANCARA
|
1. Anda selaku santri
pada masa itu, mungkin anda bisa menjelaskan tentang lingkungan belajar di
Pondok Pesantren Darul Huda?
2. Kemudian pada waktu
itu santri belajar dimana saja?
3. Bagaimana keadaan
lingkungan belajar santri pada waktu itu?
4. Pada masa itu apakah
sudah ada pengurusnya yang mengurusi santri?
5. Kemudian bagaimana
peran pengurus dalam meningkatkan lingkungan belajar yang kondusif?
6. Ketika lingkungan
belajar tersebut kondusif, apakah anda dapat belajar dengan konsentrasi?
7. Anda selaku coordinator,
apa upaya dari seksi anda agar lingkungan belajar dapat kondusif?
8. Kemudian ketika
banyak anak kurang sadar fungsi lingkungan itu sendiri, bagaimana tindakan
anda?
9. Factor-faktor apa
saja yang mendukung lingkungan belajar
yang kondusif?
10. Kemudian juga factor
saja yang menghambat lingkungan belajar yang kondusif?
|
No
|
Tanggal dan informan
|
Kode
|
Waktu
|
Topic Wawancara
|
Tempat
|
1.
|
05 Maret Imam
fatawi
|
01/3-W/F-1/05-III/2008
|
16.30-17.30 WIB
|
Lingkungan
belajar di Pondok Pesantren Darul Huda Putra Mayak Ponorogo
|
Rumah kediaman
|
2.
|
05 Maret 2008
Sholeh Hasan
|
02/01-W/F-1/5-III/2008
|
18.30-19.00 WIB
|
Upaya Pengurus
Pondok Pesantren Darul Huda
|
di rumah
kediaman
|
3.
|
08
April 2008
Drs. H.
Fatkhurrazi
|
03/03-W/F-3/8-IV/2008
|
14.00-15.00 WIB
|
Faktor
Penghambat Lingkungan Belajar
|
Rumah Kediaman
|
4.
|
29
Maret 2008
Dimyati
|
04/04-W/F-1/29-III/2008
|
17.00-17.30 WIB
|
Lingkungan
Belajar Santri Di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo
|
Perumahan Ustadz
|
5.
|
20 Maret 2008
Mudir Sunani
|
05/05-W/F-1/20-III/2008
|
19.00-19.30 WIB
|
Upaya Pengurus
Pondok Pesantren Darul Huda
|
Perumahan Ustadz
|
6.
|
8 April 2008
Saiful Mustofa
|
06/06-W/F-1/8-IV/2008
|
21.00-22.00 WIB
|
Lingkungan
Belajar Santri Di Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo
|
Kamar Pengurus
|
7.
|
07 April 2008
Wahyudi
|
07/07-W/F-2/7-IV/2008
|
22.00-23.00 WIB
|
Upaya Pengurus
Pondok Pesantren Darul Huda Dalam Meningkatkan Lingkungan Belajar Yang
Kondusif
|
Kamar 6
Dzulkhulaifah
|
8.
|
05 April 2008
Makruf al-Amin
|
08/08-W/F-1/5-IV/2008
|
21.00-22.00 WIB
|
Upaya Pengurus Pondok Pesantren Darul Huda Dalam Meningkatkan Lingkungan
Belajar Yang Kondusif
|
Kamar 7 Yalamlam Dua
|
9.
|
10 April 2008
Muhammad Hafid Mansur
|
09/10-W/F-1/10-IV/2008
|
22.00-23.00 WIB
|
Upaya Pengurus Pondok Pesantren Darul Huda Dalam Meningkatkan Lingkungan
Belajar Yang Kondusif
|
kamar 3 Dzulkhulaifah
|
10.
|
11 April
2008
Agus Rianto
|
10/10-W/F-1/11-IV/2008
|
21.00-22.00 WIB
|
Upaya Pengurus Pondok Pesantren Darul Huda Dalam Meningkatkan Lingkungan
Belajar Yang Kondusif
|
kamar 7 juhfah
|
11.
|
03 April
2008
Ali
Muhtarom
|
11/11-W/F-1/3-IV/2008
|
23.00-23.30 WIB
|
Upaya Pengurus Pondok Pesantren Darul Huda Dalam Meningkatkan Lingkungan
Belajar Yang Kondusif
|
Kamar 5 Dzulkhulaifah
|
12.
|
04 April 2008
Muklis Rofi’i
|
12/12-W/F-1/4-IV/2008
|
21.00-21.30 WIB
|
Upaya Pengurus Pondok Pesantren Darul Huda Dalam Meningkatkan Lingkungan
Belajar Yang Kondusif
|
Kamar Kesehatan
|
13.
|
13/13-W/F-3/6-IV/2008
Asfahani
|
13/13-W/F-3/6-IV/2008
|
12.00-13.00 WIB
|
Faktor Pendukung Dalam Meningkatkan Lingkungan Belajar
|
Kamar 7 Yalamlam Tiga
|
14.
|
08 April 2008
Mufis Saiful Ahyar
|
14/14-W/F-3/18-IV/2008
|
22.00-23.00 WIB
|
Faktor Pendukung Lingkungan Belajar
|
Kamar Pengurus
|
15.
|
6 April 2008
Mufti al-Anam
|
15/15-W/F-2/6-IV/2008
|
21.00-22.00 WIB
|
Faktor Penghambat Lingkungan Belajar
|
Kamar 6 dzulkhulaifah
|
|
No
|
Jenis Dokumentasi |
Isi
Dokumentasi
|
Koding
|
Tanggal
dan waktu Pencatatan
|
Jam
Pencatatan
|
1.
|
Tulisan
|
Selayang
Pondok Pesantren Darul Huda
|
01/D/F-1/25-III/2008
|
25 Maret 2008
|
22.00 WIB
|
2.
|
Tulisan
|
Sarana Dan
Prasarana Pondok Pesantren Darul Huda
|
02/D/F-1/27-III/2008
|
27 Maret 2008
|
21.00 WIB
|
3.
|
Tulisan
|
Struktur
Organisasi Pondok Pesantren Darul Huda Putra
|
03/D/F-1/6-III/2008
|
06 Maret 2008
|
21.30 WIB
|
4.
|
Tulisan
|
Program
Kerja Pengurus Pondok Darul Huda
|
04/D/F-1/29-III/2008
|
29 Maret 2008
|
23.00 WIB
|
5.
|
Gambar
|
Keadaan
Kamar Santri
|
05/D/F-1/13-IV/2008
|
13 April 2008
|
20.30 WIB
|
6.
|
Gambar
|
Situasi
Belajar Santri Di Masjid
|
06/D/F-1/16-IV/2008
|
16 April 2008
|
17.00 WIB
|
7.
|
Gambar
|
Situasi
Belajar Santri Di Kelas
|
07/D/F-1/16-IV/2008
|
16 April 2008
|
17.30 WIB
|
8.
|
Gambar
|
Penindakan terhadap santri yang melanggar pengurus
|
08/D/F-1/18-IV/2008
|
16
April 2008
|
20.00
WIB
|
9.
|
Gambar
|
Upaya Pengurus Dalam Menindak Santri
|
09/D/F-1/18-IV/2008
|
18
April 2008
|
23.00
WIB
|
|
|
No
CL
|
Hari/Tanggal
|
Koding
|
Waktu Observasi
|
Kegiatan Yang
Diobservasi
|
Waktu
Penyusunan CL
|
01
|
Selasa
01 April 2008
|
01/O/F-2/01-IV/2008
|
17.00-22.30
WIB
|
Kegiatan santri Pondok
Pesantren Darul Huda
|
23.00-24.00
WIB
|
02
|
Senin
07 April 2008
|
02/O/F-2/01-IV/2008
|
20.30-22.00
WIB
|
Penindakan terhadap santri
yang melanggar program
pengurus
|
22.30-23.30
WIB
|
03
|
Senin
07 April 2008
|
03/O/F-2/07-IV/2008
|
20.30-22.00
WIB
|
Letak Geografis
|
22.30-23.30
WIB
|
|
Koding : 01/D/F-1/25-III/2008
Bentuk : Tulisan
Buku Orspon
Isi dokumen : Selayang Pondok Pesantren
Darul Huda
Tanggal
pencatatan : 25 Maret 2008
Jam pencatatan : 22.00 WIB
Bukti dokumen
|
SELAYANG PANDANG
PONDOK PESANTREN "DARUL HUDA"
Pondok
Pesantren Darul Huda merupakan salah satu dari sekian banyak pondok pesantren
yang ada di Kabupaten Ponorogo, berdiri sejak tahun 1968. Pada awalnya
berdirinya mempunyai pengertian yang sederhana sekali yaitu sebagai tempat
pendidikan yang mempelajari pengetahuan agama islam di bawah bimbingan
seorang guru atau kiyai. Sejalan dengan perkembangan zaman dan tuntutan
masyarakat dewasa ini, lembaga pendidikan Pondok Pesantren masih tetap
bertahan di dalam pendidikan modern, bahkan semakin eksis berkembang
sedemikian rupa baik jumlah santrinya, tujuannya, maupun sistem pendidikan
yang diselenggarakannya.
Belajar dari pengalaman. banyak
pondok pesantren yang termasyhur tetapi kemudian tenggelam setelah
meninggalnya Pengasuh, maka menurut pengalaman KH. HASYIM SHOLEH pelimpahan
tanggung jawab mengasuh pesantren turun temurun lewat garis ahli waris adalah
penyebab masalah tersebut. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kelangsungan
hidup Pondok Pesantren Darul Huda, maka sejak tahun 1984 sistem ahli waris di
Pondok Pesantren Darul Huda dihapus dan diganti dengan pengelolaan Yayasan.
Dengan dikelolanya Pondok Pesantren Darul Huda tidak lagi milik pribadi kiyai
tetapi milik seluruh umat Islam. Selanjutnya kaderisasi tidak hanya terbatas
pada sistem keluarga semata, tetapi berdasarkan kemampuan serta bakat dan
minat.
Pondok Pesantren Darul Huda terus berevolusi
secara bertahap baik dalam perkembangan
system pendidikan maupun perkembangan sarana fisiknya. Perubahan serta
pembaharuan yang dilakukan Pondok Pesantren Darul Huda semakin cepat terutama
setelah dibukanya lembaga baru pada tahun 1989. Hal tersebut dimaksudkan
sebagai kesiapan pesantren dalam menghadapi tantangan dan tuntutan zaman yang
semakin kompleks. Karena itu, demi kelangsungan pada masa- masa yang akan
datang dibutuhkan persiapan yang lebih matang.
Sesuai dengan orientasi
Pondok Pesantren Darul Huda yaitu pemasyarakatan, maka pembinaan dan
perbekalan yang diberikan kepada santri difokuskan pada masalah- masalah
kemasyarakatan dengan harapan semoga mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan di Pondok Pesantren
Darul Huda mau berjuang ditengah-
tengah masyarakat dengan segala kempuan yang dimilikinya.
Dasar Pondok Pesantren Darul Huda yang
menganut sistem Salafiyah Haditsah
Adalah
اَلْمُحَافَظَةُ
عَلَى الْقَدِيْمِ الصَّالِحِ وَاْلاَخْذُ بِاالْجَدِيْدِاْلاَصْلَحِ
artinya
melestarikan metode yang lama yang baik dan mengambil metode baru yang lebih
baik. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai oleh Pondok Pesantren Darul Huda
adalah mendidik santri supaya berilmu,
beramal, dan bertaqwa yang dilandasi dengan akhlakul karimah.
Dalam garis besarnya kegiatan
Pondok Peantren Darul Huda ada tiga macam yaitu;
1.
Kegiatan pengajian kitab
termasuk di dalamnya mempelajari dasar- dasar ilmu yang mencakup dengan
penguasaan bahasa arab yang merupakan alat utama dalam memahami kitab, juga
termasuk kegiatan majlis ta'lim. Kitab yang dikaji ditentukan Pengurus dengan
terlebih dahulu dan mendapat izin dari Pengasuh.
2.
Pendidikan formal (pendidikan
jalur sekolah) baik madrasah maupun sekolah umum. Kegiatan jalur sekolah
meliputi Madrasah Tsanawiyah, Aliyah, dan Salafiyah mulai dari kelas 1 sampai
dengan kelas 6.
3.
Kegiatan pengembangan dan
keterampilan dan peningkatan partisipasi masyarakat di dalam pengembang pembangunan seperti pendidikan pelatihan,
pendidikan kejuruan.
4.
Demikianlah selayang pandang
Pondok Pesantren Darul Huda beserta gambaran yang ada pada Pondok Pesantren
Darul Huda semoga dapat bermanfaat
bagi santriwan- santriwati semuanya.
|
refleksi
|
Pondok pesantren darul huda merupakan jenis pesantren salaf-khalaf yaitu
menggabungkan metode kuno dan modern.
|
TRANSKIP DOKUMENTASI
Koding : 02/D/F-1/27-III/2008
Bentuk : Dokumentasi
Sarana Dan Prasarana
Isi dokumen : Sarana Dan Prasarana Pondok
Pesantren Darul Huda
Tanggal
pencatatan : 27 Maret 2008
Jam pencatatan : 21.00 WIB
Bukti dokumen
|
|
||||||
refleksi
|
Sarana dan prasarana yang ada si Pondok Pesantren Darul Huda sudah cukup
memadai sebagai lingkungan belajar santri yang nyaman dan sehat.
|
TRANSKIP DOKUMENTASI
Koding : 03/D/F-1/6-III/2008
Bentuk : Tulisan
Dokumentasi Pengurus Pondok
Isi dokumen : Struktur Organisasi Pondok
Pesantren Darul Huda Putra
Tanggal
pencatatan : 06 Maret 2008
Jam pencatatan : 21.30 WIB
Bukti dokumen
|
Struktur Pondok
Pesantren Darul Huda Putra:
Pengasuh : KH. Abdus Sami’ Hasyim
Kabag : Abdul Wahid
Ketua : Anwar
Wakil : Arif Wibowo
Sekretaris I : Hasan Basri
Sekretaris II : Syaiful Mustofa
Bendahara I : Fuad Ali Muntaha
Bendahara II : Ihwan Sodiqin
Bidang-bidang:
1. Bidang
peribadatan: Nur Cholid
2. Bidang
keamanan : Agus Rianto
3. Bidang
pendidikan : Mufid Saiful
Ahyar
4. Bidang
bingkat : Muhammad Rofi’i
5. Bidang
kebersihan : Tamrin Fathoni
6. Bidang sarpras :
Ali Muhtarom.
|
refleksi
|
Struktur organisasi diatas merupakan struktur organisasi dari atas sampai
jajarannya yaitu seksi-seksinya. Dari Seksi-Seksi Tersebut Mempunyai
Program-Program Sendiri
|
TRANSKIP DOKUMENTASI
Koding : 04/D/F-1/29-III/2008
Bentuk :
Dokumentasi Program Kerja Pengurus
Isi dokumen : Program Kerja Pengurus Pondok
Darul Huda
Tanggal
pencatatan : 29 Maret 2008
Jam pencatatan : 23.00 WIB
Bukti dokumen
|
PROGRAM
KERJA PENGURUS HARIAN
TUJUAN UMUM
1.
Mengarahkan santri serta seluruh
komponen yang ada di PPDH menuju insan yang berilmu, beramal dan bertaqwa
serta ber akhlaqul karimah.
2.
menjadi motor penggerak “AKSI”
(Akhlaq, Kedisiplinan dan Organisasi)
PROGRAM KERJA
1.
Pembenahan dan pengadaan kelengkapan
administrasi pondok
a.
Papan struktur organisasi
b.
Papan data jumlah santri
c.
Papan info santri
d.
Kotak saran dan kritik
e.
Pemanfaatan kamar 02 Juhfah dan
kantor pondok secara efektif dan efisien
f.
Pembenahan Surat-surat dan
kelengkapan administrasi
g.
Kartu tanda santri
h.
Buku Tamu
i.
Peraturan tamu atau wali santri
j.
Buku penerimaan Telpon
k.
Buku Induk
l.
Tempat baca koran
m.
Penataan ulang
kelengkapan-kelengkapan tersebut
2.
Peningkatan kedisiplinan dan
loyalitas pengurus.
a.
Penyelenggaraan LKD/ Workshop
kepemimpinan
b.
Kursus penggunaan komputer khusus
pengurus
c.
Pengadaan buku kedisiplinan pengurus
d.
Pengadaan buku panduan pelaksanaan
program kerja
e.
Penyelenggaraan Rapat rutinan
pengurus
f.
Pengadaan Arisan seluruh pengurus
g.
Peningkatan kemandirian komplek dan
kamar
h.
Penempatan santri, pertukaran
anggota kamar
i.
Pembuatan kelengkapan administrasi
kamar
j.
Pendataan kembali pengurus dan
anggota kamar
k.
Peningkatan kinerja dan fungsi
kepengurusan kamar
l.
Pembentukan dan penetapan dewan
pembimbing kamar
m.
Pembentukan kembali pengurus kamar
n.
Pengadaan rapat rutinan kamar
o.
Pemberlakuan otonomi komplek secara
terpimpin
3.
Pengadaan kegiatan eksternal
a.
Penyelenggaraan haflah akhir tahun
b.
Melaksanakan koordinasi dengan
lembaga lain di dalam naungan PPDH
c.
Berpartisipasi terhadap kegiatan di
luar pondok yang sesuai dengan peraturan.
d.
Mengikuti pelatihan-pelatihan
e.
Study Banding
PROGRAM
KERJA BIDANG PERIBADATAN
PROGRAM KERJA UMUM
A.
Sholat berjama’ah
B.
Dibaiyah
C.
Mujahadah
D.
PHBI
E.
Ta’ziran
PROGRAM KERJA KHUSUS
A.
Sub Bidang Jama’ah
1.
Mengatur jama’ah sholat maktubah
2.
Memberanglkat santri untuk sholat berjama’ah
3.
Mengadakan hafalan do’a –do’a dan
wirid setelah sholat maktubah
4.
Mempersiapan keperluan sholat jum’at
5.
Mengatur pelajksaan shloat tarwih,
idul fitrui, idul adha dan malam lailatul qodar.
6.
Menatur jama’ah shoalat
7.
Mendartar muajin dan bilal
B.
Sub Bidang Dibaiyah
1.
Memberikan bimbingan, pelatihan,
menjadual dan mengatur pelaksanaan dibaiyah
2.
Mengadakan latihan kultum bilal dan
MC
C. Sub
Bidang Mujahadah
1.
Mengatur pelaksanaan mujahadah/PHBI
2.
Berkoordinasi dengan bidang lain
untuk mempersiapkan sarana dan prasarana mujahadah/PHBI
D. Sub
Bidang Penta’ziran
1.
Menta’zir santri yang tidak sholat
jamaah
2.
Menta’zjir santri yang terlambat
sholat jamaah
3.
Menangani santri yang tidak
mengikuti kegiatan yang di wajibkan bidang peribadatan
E.
Sub Bidang Pembangunan
1.
Membangunkan santri sebelum sholat
subuh dan sebelum sholat jum’at
2.
Melarang santri agar tidak tidur di
masjid
3.
Memberangkatkan santri untuk
mengikuti kegiatan- kegiatan yang di wajibkan bidang peribadatan
F. LAIN-LAIN
1.
Membuat buku daftar pelanggar
2.
Perubahan ta’zir yang diberikan (Berdiri
tegak sambil membaca sholawat )
PROGRAM
KERJA BIDANG KEAMANAN
A.
AGENDA KERJA
1.
Harian
a.
Penguncian kamar dan gerbang.
b.
Pengabsenan kamar.
c.
Jaga malam.
d.
Patroli.
e.
Tabungan.
f.
Pemberian izin.
2.
Mingguan
a.
Ta’zian pelanggaran.
b.
Jaga telephon.
c.
Perekapan absen kamar.
d.
Sensor
3.
Bulanan
a.
Perekapan absen MMH
b.
Rapat evaluasi
c.
Rapat koordinator bidang.
d.
Rapat keamanan kamar.
4.
Tahunan
a.
Jaga malam 1 suro.
b.
Jaga malam tahun baru masehi.
5.
Kondisional
a.
Razia / operasi.
b.
Parkir.
c.
Pembenahan pagar.
d.
Penertiban sepeda.
e.
Pengerasan suara telephon.
PROGRAM
KERJA BIDANG PENDIDIKAN
A.
PROGRAM KERJA UMUM
1.
PROGRAM HARIAN
a.
Pengajian Sorogan Al Qur’an Dan
Kitab
b.
Pengajian Wekton
c.
Belajar Wajib
d.
Pengabsenan
2.
PROGRAM MINGGUAN
a.
Syawir Nahwu Dan Fiqih
b.
Taqror
c.
Muhafadzoh
d.
Ta’ziran ( Penanganan Pelanggaran )
3.
PROGRAM BULANAN
a.
Rapat Rutinan
4.
PROGRAM TAHUNAN
a.
Pondok Ramadhan
b.
Pengajian, Seminar, Bedah Buku dan atau kitab Pada Hari-Hari
Khusus
B.
PROGRAM KERJA KHUSUS
1.
Pengajian Sorogan
Al Qur’an Dan Kitab
a.
Penyelenggaraan tes klasifikasi
b.
Pengadaan jadual dan kelompok
pengajian
c.
Pengadaan kartu pengajian sorogan al
Qur’an
d.
Pelaksanaan pertemuan pembimbing
pengajian
e.
Penyelenggaraan tes kenaikan tingkat
f.
Penyelenggaraan halaqoh sema’an al
Qur’an
2.
Pengajian Wekton
a.
Pembuatan jadual pengajian
b.
Pengadaan buku kontrol pengajian
c.
Pengjoreksian kitab pengajian
3.
Pengabsenan
a.
Pengadaan Absensi kegiatan ( Sorogan, Wekton, Syawir
) dibantu sekertaris
b.
Penyelenggaraan pengabsenan setiap
kegiatan ( Sorogan, Wekton, Syawir )
c.
Perekapan Absensi kegiatan
4.
Syawir Nahwu Dan
Fiqih
a.
Pengadaan jadual petugas dan materi
syawir
b.
Pengadaan buku catatan syawir
c.
Pelaksanaan Syawir Kubro dan atau
Bahtsul Masa’il
5.
Muhafadzoh
a.
Pemberangkatan Muhafadzoh.
b.
Menjalin kerja sama dengan HIMMAH.
6.
Belajar Wajib Dan
Atau Takror
a.
Pemberangkatan belajar wajib
b.
Menjalin Kerja sama dengan pengurus
OSIS atau HIMMAH
7.
Pondok Ramadhan
a.
Pembuatan Jadual Pengajian Kilatan
b.
Pembukaan dan Penutupan kegiatan
pengajian
c. Penerimaan santri kilatan dari luar
8.
Pengajian,
Seminar , Bedah Buku dan atau Kitab Pada Hari-Hari Khusus
a.
Pengaturan jadual pengajian /
kegiatan tertentu
b.
Pendataan peserta kegiatan
c.
Pengawasan pelaksanaan kegiatan
9. Ta’ziran
a.
Penanganan pelanggar kegiatan
b.
Kerja sama dengan bidang lain dalam
penta’ziran
10.
Rapat Rutinan
a.
Rapat intern sub bidang dengan
pembimbing
b.
Rapat intern bidang pendidikan
PROGRAM KERJA
BIDANG BINKAT
A.
PERATURAN TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM
KERJA
1.
Sub Bidang Olah
Raga
a.
Akan diadakan latihan-latihan olah
raga ,seperti : sepak bola ,tennis meja, senam serta lari pagi untuk santri, sedang pelaksanaan diadakan setiap
hari jum’at dan selasa pagi.
b.
Sarana dan prasarana olah raga yang
telah tersedia dan mampu untuk dikembangkan akan digunakan senaksimal
mungkin, semisal : sepak bola, tennis
meja, bulu tangkis, bola volley dan lain-lain.
c.
Pertandingan Liga konsul dilaksanakan
setiap hari jum’at sore ,ketika tidak ada acara/ .kegiatan pondok , untuk
olah raga yang lain juga menggunakan serta mengevektifkan hari jum’at
d.
Mengadakan pertandingan persahabatan
yang sifatnya kondisional
2.
Sub Bidang Hadroh
a.
Kursus dilaksanakan tiap 2 x dalam 1
minggu , yakni malam senin untuk tingkat yunior dan malam kamis untuk tingkat
senior.
b.
Pelaksanaan serta waktu kursus qiroah diadakan pada malam jum’at
setelah isya’.
c.
Menyemarakkan serta mengisi kegiatan
pengurus yang lain, seperti dzibaiyah tiap malam jum’at.
d.
Mengisi dan menyemarakkan acara
–acara pondok.
e.
Menghadiri undangan yang mana
sifatnya kondisional ,apabila ada undangan yang telah menggunakan prosedur izin yang ada.
f.
Lomba hadroh sifatnya kondisional.
3.
Sub Bidang
Kaligrafi
a.
Kursus kaligrafi dilaksanakan tiap
hari jum’at sore
b.
Program yang liannya bersifat
kondisional , ketika ada waktu yang pas dan memungkinkan untuk melaksanakan
program tersebut.
c.
Pelaksanaan Pembuatan karya
kaligrafi dilaksanakan ketika liburan semester ini berlaku pada anggota
kursus , sedang pembuatan karya untuk pondok menyesuaikan ,ketika diperlukan
untuk menghias / memperindah pondok.
4.
Sub Bidang Bahasa
a.
Kursus bahasa dilaksanakan setiap
selesai belajar wajib, sedang untuk pelaksanaan diadakan dikamar bahasa masing
–masing .
b.
Diwajibkan /dianjurkan untuk
menggunakan bahasa , ketika berada dikawasan wajib berbahasa , untuk rencana
kawasan wajib bahasa yaitu : kantin dan ketika akan minta izin .
c.
Pelaksanaan muhadloroh diadakan
setiap 1 x dalam seminggu, untuk tempat , Anak STAIN dan MMH berada di komplek dzulkulaifah, sedang
anak MTs dan MA dilaksanakan di masjid. Hari pelaksanaan Malam Rabu ,setelah
isya’
d.
Rihlah / kunjungan bahasa ,
dilaksanakan akhir bulan ( kalau bisa maksimal )
e.
Lomba bahasa dilaksanakan akhir
tahun .
B.
AGENDA KERJA
1.
Sub Bidang Olah raga
a.
Agenda Mingguan
1)
Mengadakan latihan Olah raga
2)
Penyediaan sara dan prasarana Olah
raga
3)
Mengadakan liga konsul
4)
Mengadakan pertandingan tennis meja,
Bola volli, bulu tangkis
5)
Mengadakan senam/ lari pagi untuk
santri
b.
Agenda Bulanan
1)
Mengadakan pertanduingan
persahabatan
c.
Agenda Tahunan
1)
Mengadakan Pertandingan persahabatan
2.
Sub Bidang Hadroh
a.
Agenda Mingguan
1)
Pendataan peserta kursus hadroh dan
qoriah
2)
Penyediaan sarana
3)
Mengadakan kursus hadroh
4)
Mengadakan kursus qiroah
5)
Mengisi acara pondok
b.
Agenda Bulanan
1)
Menghadiri undangan
– hadroh
c.
Agenda Tahunan
1)
Mengisi dan menyemarakkan acara
pondok
2)
Mengadakan lomba
3.
Sub Bidang Kaligrafi
a.
Agenda Mingguan
1)
Pendataan peserta kursus
2)
Penyediaan sarana dan prasarana
3)
Mengadakan kursus kaligrafi
b.
Agenda Bulanan
1)
Praktek Ketrampilan
c.
Agenda Tahunan
1)
Mengadakan pameran karya santri
2)
Diklat tutor kursus
3)
Mengadakan lomba kaligrafi
4) Mengadakan
rihlah / kunjungan galeri
4.
Sub Bidang Bahasa
a.
Agenda Harian
1)
Mengadakan kursus bahasa
2)
Menertibkan kawasan wajib berbahas
3)
Menertibkan mufrodat baru.
b.
Agenda Mingguan
1)
Pendataan peserta kursus
2)
Penyediaan sarana dan prasarana
3)
Mengadakan muhadloroh
4)
Halaqoh
c.
Agenda Bulanan
1)
Diklat bahasa lain
2)
Evaluasi bahasa
3)
Pengadaan madding
4)
Rihlah bahasa
5)
Hukuman para pelanggar
d.
Agenda Tahunan
1)
Musabaqoh Bahasa
PROGRAM KERJA BIDANG KEBERSIHAN
A.
TUJUAN UMUM
Menciptakan suasana
bersih, indah dan rapi, menuju kenyamanan dan kelancaran aktifitas sehari
hari
B.
PROGRAM KERJA
1.
Harian
Pengawasan terhadap :
a.
Pelaksanakan piket lorong pagi dan
sore
b.
Pembersihan kolah ( cuci kaki)
c.
Pembersihan selokan
d.
Pelaksanakan piket halaman
2.
Mingguan
a.
pembersihan jeding dan WC
b.
pengepelan komplek yalamlam III
c.
pengurasan kolah tempat wudlu
3.
Bulanan
a.
Pelaksanaan jum’at bersih
b.
Rapat bulanan bidang kebersihan
c.
Pembuatan jadwal pembagian lokasi
jum’at bersih
d.
Pengepelan masjid
4.
Tahunan
a.
Pembuatan jadwal piket
b.
Mengadakan lomba kebersihan kamar
5.
Lain-lain
a.
Pengadaan alat-alat kebersihan
meliputi
b.
Penambahan alat-alat pel
c.
Tong/ tempat sampah besar untuk
menampung sampah dari Lorong
d.
Penyediaan ruang khusus kebersihan
e.
Pembuatan saringan selokan
f.
Hal-hal yang bersangkutan dengan
bidang kebersihan
C.
PERATURAN TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM
KERJA
1.
Santri yang mendapatkan dispensasi
diberi tugas khusus dalam hal kebersihan
2.
Ta’ziran dari bidang lain dapat
diarahkan untuk melaksanakan program kerja kebersihan
3.
Pembagian tugas pengawas program
kerja kebersihan :
4.
Peralatan Kebersihan tanggung jawab
koordinator
5.
Koordinator Sub. WC adalah Sukarno
dan Wahyudi
6.
Jeding dan WC Dibersihkan 1X dalam
seminggu hari Kemis Sore
7.
Pengepelan masjid dibebankan kepada
siswa MAK
8.
Pengepelan masjid 2 minggu sekali
PROGAM KERJA BIDANG KESEHATAN
D.
TUJUAN UMUM
1.
Menumbuhkan sikap hidup sehat
2.
Untuk lebih efisien waktu tenaga dan
biaya
3.
Sebagai alternatif pertolongan pertama
4.
Sebagai upaya penyembuhan
5.
Sebagai usaha meningkatkan kecakapan
penanganan preventif dan kemampuan menggunakan peralatan medis .
E.
PROGRAM KERJA UMUM
1.
Mengadakan penyuluhan kesehatan
2.
Mengadakan pengobatan masal
(bersipat preventif)
3.
Menyediakan obat-obat P3K& P3P
4.
Memeriksa santri yang sakit
5.
Pelatihan UKS
F.
PERATURAN TEKHNIS PELAKSANAAN
PROGRAM KERJA
1.
Mendatangkan tenaga ahli
2.
Mengantarkan ketempat pengobatan
3.
Membeli obat di apotik (langganan
pondok)
4.
Mengantarkan kebalai kesehatan
5.
Mendatangkan tenaga ahli
G.
AGENDA KERJA
1.
Bersifat tahunan
2.
Program tersebut bersifat bulanan/
musiman
3.
Kondisional (apabila persediaan
sudah habis)
4.
Kondisional (apabila pasien perlu
diperiksa)
5.
Bulanan
PROGRAM KERJA
BIDANG SAR-PRAS
A.
TUJUAN UMUM
1.
Menumbuhkan sikap rasa memiliki
pondok
2.
Memperlancar berbagai kegiatan
pondok
B.
PROGRAM KERJA
1.
KONDOSIONAL
a. Mengganti dan menambah lampu yang di butuhkan.
b. Memperbaiki alat-alat listrik.
c. Membantu dalam pembangunan Pondok:
d. Jadwal ro’an.
e. Menggerakkan ro’an.
f. Melengkapi alat-alat yang dibutuhkan kepentingan umum {
Pondok }.
g. Membuat jemuran dan taman
h. Merawat dan memperbaiki sarana pondok :
i. Pipa-pipa dan kran-kran.
j. Atap-atap yang bocor.
k. Pintu-pintu dan fasilitas umum.
2.
BULANAN
a. Mencari kendaraan mujahadah ke Tegal Sari
b. Mengecek terhadap fasilitas umum.
c. Operasi fasilitas umum
3.
TAHUNAN
a. Pengecatan kamar- kamar Pondok.
|
refleksi
|
Transkip diatas merupakan upaya dari pengurus pondok pesantren darul huda
mayak ponorogo.
|
TRANSKIP DOKUMENTASI
Koding : 05/D/F-1/13-IV/2008
Bentuk : Gambar
Isi dokumen : Keadaan Kamar Santri
Tanggal
pencatatan : 13 April 2008
Jam pencatatan : 20.30 WIB
Bukti dokumen
|
|
refleksi
|
Gambar diatas merupakan kamar santri, kamar tersebut digunakan santri
untuk belajar. Lokasi tersebut indah dan nyaman untuk belajar santri.
|
TRANSKIP DOKUMENTASI
Koding : 06/D/F-1/16-IV/2008
Bentuk : Gambar
Isi dokumen : Situasi Belajar Santri Di
Masjid
Tanggal
pencatatan : 16 April 2008
Jam pencatatan : 17.00 WIB
Bukti dokumen
|
|
refleksi
|
Gambar diatas merupakan kegiatan belajar santri di masjid, santri dapat
belajar dengan penuh konsentrasi dan dapat memahami materi yang disampaikan
ustadznya.
|
TRANSKIP DOKUMENTASI
Koding : 07/D/F-1/16-IV/2008
Bentuk : Gambar
Isi dokumen : Situasi Belajar Santri Di
Kelas
Tanggal
pencatatan : 16 April 2008
Jam pencatatan : 17.30 WIB
Bukti dokumen
|
|
refleksi
|
Gambar diatas merupakan kegiatan belajar santri di kelas, santri menulis
apa yang di disampaiakan ustadnya. Santri dapat belajar dengan penuh
konsentrasi dan dapat memahami materi yang disampaikan ustadznya dengan
sarana dan prasarana yang mendukung.
|
TRANSKIP DOKUMENTASI
Koding : 08/D/F-1/18-IV/2008
Bentuk : gambar
Isi dokumen :
Penindakan terhadap santri yang melanggar pengurus
Tanggal
pencatatan : 18 April 2008
Jam pencatatan : 20.00 WIB
Bukti dokumen
|
|
refleksi
|
Garbar di atas merupakan penindakan pengurus bagi santri yang melanggar
program-program dari pengurus.
|
TRANSKIP DOKUMENTASI
Koding : 09/D/F-1/18-IV/2008
Bentuk : Gambar
Isi dokumen : Upaya Pemgurus Dalam Menindak
Santri
Tanggal
pencatatan : 18 April 2008
Jam pencatatan : 23.00 WIB
Bukti dokumen
|
|
refleksi
|
Garbar diatas adalah upaya pengurus dalam melaksanakan aktifitasnya,
yaitu menjaga di depan asrama danmananyai santri yang terlambat ketika akan
melaksanakan belajarnya.
|
|
Kode.
CL : 01
koding :
01/O/F-2/01-IV/2008
Tanggal
Pengamatan : 01 April 2008
jam : 17.00-22.30
WIB
Disusun
jam : 23.00-24.00
WIB
Kegiatan
yang diobservasi : Kegiatan santri
Pondok Pesantren Darul Huda
Transkip
observasi
|
Sehabis sholat asar, pada hari selasa tanggal 1 april pukul 17.00 WIB.
Rekan-rekan santri menuju ke kamarnya masing-masing. Kemudian di antara
mereka ada yang mandi dan ada yang makan sore. Selang beberapa menit,
pengurus bidang kebersihan menyiarkanagar santri yang terjadwal piket untuk
segera melaksanakan tugasnya. Beberapa saat kemudian, rekan-rekan santri
menuju ke tempat berjamaah untuk melaksanakan sholat magrib.
Semua santri melaksanakan jamaah sholat maghrib di masjid, di komplek
yalamlam dua dan di komplek yalamlam empat. Setelah selesai jamaah, semua
santri mengambil al-quran di rak yang mereka bawa tadi sebelum jamaah.
Setelah imam selesai melakasanakan sholat sunah, imam membaca tartil al-quran
dan santri menirukan bacaan imam. Setelah beberapa ayat terbaca, imam
mengakhiri pembacaan ayat al-quran tersebut dan bel berbunyi menandakan waktu
sorogan dimulai. Para santri menuju ke tempat sorogan masing-masing. Tempat
sorogan santri di antaranya di kelas, masjid, dan halaman kamar (kompleks).
Setelah sepuluh menit, pengurus pendidikan melaksanakan kontrol di
kamar-kamar dan lingkungan pondok. Setelah itu, pengurus keamanan mengunci
kamar-kamar santri. Pengurus pendidikan juga mengontrol di tempat-tempat
sorogan santri. Pukul 19.40 bel berbungi menandakan sorogan selesai dan
santri langsung menuju ke tempat jamaah sholat isya. Sehabis sholat isya
pengurus bidang keamanan membuka kunci kamar-kamar santri, dan bel berbunyi
menandakan kegiatan belajar wajib (belajar sendiri) akan dilaksanakan. Pada
waktu belajar wajib ini santri belajar di kelasnya masing-masing dan pengurus
pendidikan juga mengontrol tempat trersebut. Setelah pukul 21. 30 WIB. Santri
baru diperbolehkan istirahat. Kemudian ada sebagian santri yang meneruskan
belajarnya di kamar dan halaman kamarnya masing-masing.
|
Tanggapan
pengamat
|
Kegiatan di atas
menunjukkan bentuk-bentuk upaya yang dilaksanakan oleh pengurus pendidikan,
keamanan, dan kebersihan untuk meningkatkan lingkungan belajar yang kondusif.
Upaya pengurus ini dilaksanakan mulai awal kegiatan belajar santri, proses
belajar santri, dan selesainya belajar santri serta upaya menciptakan
kenyamanan tempat belajar santri.
|
TRANSKRIP
OBSERVASI
Kode.
CL : 02
koding :
02/O/F-2/01-IV/2008
Tanggal
Pengamatan : 07 April 2008
jam : 20.30-22.00
WIB
Disusun
jam :
22.30-23.30 WIB
Kegiatan yang diobservasi : Penindakan terhadap santri yang
melanggar program pengurus
Transkip
observasi
|
Sehabis sholat isya, pada hari senin terpampang di pengumuman beberapa
nama santri. Kemudian ada siaran dari pengurus pendidikan bahwa rekan-rekan
para santri yang namanya ada di pengumuman untuk segera di kamar pendidikan.
Setelah santri datang, para pengurus mena’zir rekan-rekan santri tersebut
dengan mgnaji di depan pondok. Menurut pengurus pendidikan bahwa rekan-rekan
sanrti ini tidak mengikuti kegiatan belajar wajib.
|
Tanggapan
pengamat
|
Kegiatan di atas
merupakan bentuk-bentuk tindakan yang dilaksanakan pengurus pendidikan agar
dalam meningkatkan lingkungan belajar yang kondusif dapat tercapai.
|
TRANSKIP OBSERVASI
Kode.
CL : 03
koding :
03/O/F-2/07-IV/2008
Tanggal
Pengamatan : 07 April 2008
jam :
20.30-22.00 WIB
Disusun
jam :
22.30-23.30 WIB
Kegiatan yang diobservasi : Letak Geografis
Bukti dokumen
|
Sebelah Utara : dibatasi oleh jalan menur
Sebelah Selatan : dibatasi oleh kantor Departemen
Agama
Sebelah Timur : dibatasi oleh jalan Suprapto
Sebelah
Barat : dibatasi oleh jalan jalan menur
Gg IV.
Kecamatan
Ponorogo : sekitar satu kilometer
Kabupaten Ponorogo : sekitar 3 kilometer.
|
Tanggapan
pengamat
|
Adapun letak geografis yang ada di Pondok Pesantren Darul Huda ini
menunjukkan bahwa letak Pondok dekat dengan perkotaan yang memudahkan santri
untuk memenuhi kebutuhannya. Serta lokasi tersebut tidak di pinggir jalan
raya yang membuat santri tidak terganggu dalam belajarnya.
|
|
Kode : 01/3-W/F-1/05-III/2008
Nama Informan : Imam fatawi
Tanggal : 05 Maret 2008
Jam : 16.30-17.30 WIB
Disusun jam : 20.30.22.00 WIB
Tempat Wawancara : Rumah kediaman
Topik Wawancara : Lingkungan belajar di Pondok
Pesantren Darul Huda Putra Mayak Ponorogo
|
Materi wawancara
|
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
|
Pada masa
itu berapa jumlah kamar jumlah kamar dan kelas? Dan bagaimana keadaan kamar,
kelas dan masjid?
Pada awalnya jumlah kamar dua kamar, kemudian mengingat jumlah santri
yang meningkat maka ada pembangunan Asrama yang menjadi enam kamar. Kemudian
jumlah kelas lima kelas, pada masa itu kelas masih pinjam di Mayak Kulon yang
berjarak 400 meter dari lokasi Pondok. Sedangkan keadaan kamar dan kelas
masih sederhana sekali. Sekitar tahun 1977 pondok dapat membangun sendiri
madrasah dengan jumlah kelas empat kelas. Sedangkan Masjid pada waktu itu
juga sederhana.
Pada waktu
itu santri belajar dimana saja?
Santri belajar dimana-mana, ada sebagian santri belajar di kelas, masjid,
kamar dan rumah-rumah penduduk juga digunakan untuk belajar.
Sedangkan santri ketika belajar di malam hari bagaimana pencahayaannya?
Untuk di kelas dan masjid menggunakan lampu petromak (lampu
tradisional) sedangkan untuk belajar dikamar dan dirumah penduduk menggunakan
lampu ublik (lampu tradisional)
|
refleksi
|
Lingkungan yang digunakan untuk
belajar santri diataranya adalah di kelas, di masjid, di kelas dan di
rumah-rumah penduduk
|
TRANSKRIP WAWANCARA
Kode : 02/01-W/F-1/5-III/2008
Informan : Sholeh
Hasan
Tanggal : 05
Maret 2008
Jam :
18.30-19.00 WIB
Disusun jam : 20.00-21.00 WIB
Tempat Wawancara : di rumah kediaman
Topik Wawancara : Upaya Pengurus
Pondok Pesantren Darul Huda
|
Materi Wawancara
|
Peneliti
Informan
Peneliti
informan
|
Pada masa itu apa sudah ada suatu pengurusnya atau yang mengatur
santri?
Belum ada, semua belajar kembali pada santri masing-masing.
Kemudian bagaimana belajar santri pada masa itu?
Pada masa ini semua kembali pada santri masing-masing, yaitu ”himmah”
(tekat) yang ada pada diri mereka. Dan juga ”harsun” (lubo)
harapan santri pada waktu itu luar biasa. Pada masa ini kesadaran santri
sangat tinggi waktu itu, sebab hampir semua santri pada masa ini datang ke
pondok dengan tidak membawa bekal dari rumah, mereka dilain waktu belajarnya
digunakan untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan susahnya mencari
uang yang menyebabkan mereka semangat untuk belajar. Upaya lain agar santri
belajar adalah dari sebagian kalangan ustadz, pada masa ini ustadnya kereng-kereng
(keras dalam mengajarnya). Santri dilarang menulis ketika ustadnya sedang
menjelaskan materi, kemudian santri boleh menulis setelah selesai ustad
menjelaskan.
|
refleksi
|
Pada Masa Ini Belajar Santri Adalah
Atas Dasar Kesadaran
|
TRANSKRIP WAWANCARA
Kode : 03/03-W/F-3/8-IV/2008
Informan : Drs. H.
Fatkhurrazi
Tanggal : 08
April 2008
Jam :
14.00-15.00 WIB
Disusun jam : 21.00-22.00 WIB
Tempat Wawancara : Rumah Kediaman
Topik Wawancara : Faktor
Penghambat Lingkungan Belajar
|
Materi wawancara
|
Peneliti
informan
|
Dalam lingkungan belajar dapat dipastikan ada
faktor yang menghambat mendukungnya lingkungan belajar, menurut anda faktor
yang menjadi penghambat belajar santri apa saja?
Pada masa ini faktor utama yang menghambat belajar di antaranya adalah
pencayaan. Pada masa itu santri yang belajar di Masjid dan kelas menggunakan
lampu petromak (lampu tradisional). Kendalanya adalah jika waktu akan
belajar lampu mati atau balonan lampu jebol, maka kegiatan belajar santri
akan libur.
Faktor yang lain adalah dana, kalau dana ada semua fasilitas untuk
belajar dapat terpenuhi. pada masa ini dana masih sedikit, jadi semua program
dari Pondok untuk mendukung belajar belum terpenuhi. Juga belum mengenal
pemerintah, maka waktu itu beliau masih mengenal orang-orang kaya sebagai
donatur perkembangan Pondok.
Juga faktor dari santri sendiri, santri ada yang semangat belajar
memang juga ada sebagian santri yang lelah ketika sedang belajar karena pada
waktu itu hampir semua santri bekerja untuk memenuhi kebutuhannya dan ketika
mereka belajar banyak yang kelelahan. Juga ada sebagian santri yang mengantuk
dan tidur waktu belajar. Juga kepengurusan di Pondok belum ada pada masa itu,
jadi santri masih kesadaran untuk belajarnya.
|
refleksi
|
Faktor penghambat lingkungan belajar
yang kodusif diantaranya adalah pencahayaan, dana dan motivasi dari santri
itu sendiri serta kepengurusan yang belum ada.
|
TRANSKRIP WAWANCARA
Kode : 04/04-W/F-1/29-III/2008
Informan : Dimyati
Tanggal : 29
Maret 2008
Jam :
17.00-17.30 WIB
Disusun jam : 22.00-23.00 WIB
Tempat Wawancara : Perumahan Ustadz
Topik Wawancara : Lingkungan Belajar Santri Di Pondok Pesantren
Darul Huda Mayak Ponorogo
|
Materi Wawancara
|
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
|
Pada waktu itu santri belajar dimana saja?
Lingkungan belajar yang digunakan santri untuk belajar diantaranya, bangunan
baru di asrama putra, Sedangkan bangunan lama tidak dipakai lagi. Kemudian
pada sekitar tahun 1993 ada penambahan asrama santri. Santri juga belajar di
kelas serta santri belajar dimasjid. Bangunan masjid pada masa itu ada
perehaban.
Bagaimana kondisi pencahayaannya?
Sedangkan kondisi pencahayaan pada waktu itu menggunakan listrik.
Berapa jumlah tempat yang digunakan santri tersebut?
Kamar berjumlah empat belas kamar, kemudian ada penambahan menjadi 21
kamar. Jumlah kelas ada sembilan belas kelas.
|
refleksi
|
Lingkungan belajar pada waktu itu
mengalami suatu peningkatan, santri dapat belajar di kamar, masjid dan kelas.
|
TRANSKRIP WAWANCARA
Kode : 05/05-W/F-1/20-III/2008
Informan : Mudir
Sunani
Tanggal : 20
Maret 2008
Jam :
19.00-19.30 WIB
Disusun jam : 21.30-22.00 WIB
Tempat Wawancara : Perumahan Ustadz
Topik Wawancara : Upaya Pengurus Pondok Pesantren Darul Huda
|
Materi Wawancara
|
Peneliti
informan
|
Pada waktu itu apa sudah ada pengurusnya?
Sudah ada
Bagaimana keadaan pengurus dan apakah sudah ada
program-program kerja dari pengurus itu sendiri?
Pada masa ini pengurus mulai tertata, dari ketua
pondok sampai seksi-seksinya sudah ada, pada waktu itu adalah pada masa awal
kepengurusan secara terstruktur.
Bagaimana upaya pengurus dalam meningkatkan
lingkungan belajar yang kondusif?
Upaya yang dilakukan pengurus pada waktu itu juga sudah ada untuk
meningkatkan lingkungan belajar santri agar kondusif. Mereka melaksanakan
program-program kepengurusan secara bersama-sama, kemudian dari tahun ketahun
ada peningkatan tentang program-program dari pengurus.
|
refleksi
|
Kepengurusan pada masa ini sudah mulai tertata,
dari ketua pondok sampai seksi-seksinya sudah ada, masa ini adalah masa awal
kepengurusan secara terstruktur. Upaya yang dilakukan pengurus yaitu melaksanakan
program-program kepengurusan secara bersama-sama.
|
TRANSKRIP WAWANCARA
Kode : 06/06-W/F-1/8-IV/2008
Informan : Saiful
Mustofa
Tanggal : 8 April
2008
Jam :
21.00-22.00 WIB
Disusun jam : 22.00-23.00 WIB
Tempat Wawancara : Kamar Pengurus
Topik Wawancara : Lingkungan Belajar Santri Di Pondok Pesantren
Darul Huda Mayak Ponorogo
|
Materi Wawancara
|
Peneliti
Informan
Peneliti
informan
|
Pada waktu itu santri belajar dimana saja?
Santri belajar di kamar, kelas dan masjid.
Bagaimana kondisi pencahayaannya?
Sedangkan kondisi pencahayaan pada waktu itu menggunakan listrik.
Berapa jumlah tempat yang digunakan santri tersebut?
Pada masa ini Asrama ada penambahan, pada awalnya satu lantai menjadi
empat lantai, maka jumlah kamar menjadi lima puluh dua kamar. Bangunan masjid
juga diperlebar serta kelas berjumlah tiga puluh sembilan kelas. Penerangan pada masa ini
menggunakan listrik.
|
refleksi
|
Pada masa ini santri semakin mudah belajar dimana
saja. Santri dapat belajar di kamar, masjid dan kelas dengan fasilitas yang
lebih mendukung.
|
TRANSKRIP WAWANCARA
Kode : 07/07-W/F-2/7-IV/2008
Informan : Wahyudi
Tanggal : 07
April 2008
Jam :
22.00-23.00 WIB
Disusun jam : 23.00-23.30 WIB
Tempat Wawancara : Kamar 6
Dzulkhulaifah
Topik Wawancara : Upaya Pengurus Pondok Pesantren Darul Huda
Dalam Meningkatkan Lingkungan Belajar Yang Kondusif
|
Materi Wawancara
|
Peneliti
informan
|
Apa upaya yang dilakukan pengurus
kebersihan dalam meningkatkan lingkungan belajar yang bersih, nyaman dan
sehat untuk belajar santri?
Upaya yang dilakukan pengurus agar lingkungan belajar bersih adalah Di
kamar dan masjid ada piket bersih-bersih. Bersih-bersih di kamar dan masjid
dilakukan sehari dua kali. Pengepelan masjid dilaksanakan setiap satu minggu
sekali. Bersih-bersih semua lingkungan Pondok dilaksanakan satu bulan sekali.
Kemudian agar
kamar indah dan nyaman kami melaksanakan lomba kamar dalam satu tahun sekali.
|
refleksi
|
Upaya yang dilakukan pengurus agar lingkungan
belajar bersih adalah Di kamar dan masjid dengan adanya piket Bersih-bersih, Pengepelan
dan Bersih-bersih semua lingkungan Pondok mengadakan lomba kamar.
|
TRANSKRIP WAWANCARA
Kode : 08/08-W/F-1/5-IV/2008
Informan : Makruf
al-Amin
Tanggal : 05
April 2008
Jam :
21.00-22.00 WIB
Disusun jam : 22.00-22.30 WIB
Tempat Wawancara : Kamar 7 Yalamlam
Dua
Topik Wawancara : Upaya Pengurus Pondok Pesantren Darul Huda
Dalam Meningkatkan Lingkungan Belajar Yang Kondusif
|
Materi Wawancara
|
Peneliti
informan
|
Apa upaya yang dilakukan pengurus
OSIS dalam meningkatkan lingkungan belajar yang bersih, nyaman dan sehat
untuk belajar santri?
OSIS MA Darul Huda. Upaya yang dilakukan agar
kelas tetap bersih adalah pengurus kelas membuat jadwal piket. Kemudian untuk
kebersihan halaman madrasah pengurus OSIS menjadwal piket bersih-bersih
diwaktu pagi hari.
|
refleksi
|
Tugas OSIS MA Darul Huda adalah menjadwal piket
bersih-bersih halaman kelas serta kelas tanggunga jawa utama adalah ketua
kelas.
|
TRANSKRIP WAWANCARA
Kode : 09/10-W/F-1/10-IV/2008
Informan : Muhammad
Hafid Mansur
Tanggal : 10
April 2008
Jam :
22.00-23.00 WIB
Disusun jam : 23.00-24.00 WIB
Tempat Wawancara : kamar 3
Dzulkhulaifah
Topik Wawancara : Upaya Pengurus Pondok Pesantren Darul Huda
Dalam Meningkatkan Lingkungan Belajar Yang Kondusif
|
Materi Wawancara
|
Peneliti
informan
|
Apa upaya pengurus pendidikan dalam meningkatkan
lingkungan belajar yang kondusif?
Upaya kami adalah semua aktifitas santri sudah kami atur. Di antaranya adalah mulai mengebel sebagai tanda awal belajar santri dimulai. Kemudian
kami mengontrol lokasi Pondok agar santri semuanya
menuju kelokasi belajarnya. Kami juga melakukan kontrol dilokasi belajar
santri agar santri tersebut belajar sungguh-sungguh. Kami juga mengebel setelah habis waktunya.
|
refleksi
|
Upaya yang dilaksanakan adalah semua aktifitas santri dari awal
pemberangkatan belajar sampai
selesai sudah di atur oleh pengurus pendidikan.
|
TRANSKRIP
WAWANCARA
Kode : 10/10-W/F-1/11-IV/2008
Informan : Agus
Rianto
Tanggal : 11
April 2008
Jam :
21.00-22.00 WIB
Disusun jam : 22.00-23.00 WIB
Tempat Wawancara : kamar 7 juhfah
Topik Wawancara : Upaya Pengurus Pondok Pesantren Darul Huda
Dalam Meningkatkan Lingkungan Belajar Yang Kondusif
|
Materi Wawancara
|
Peneliti
informan
|
Apa upaya pengurus keamanan dalam meningkatkan
kenyamanan santri untuk belajar?
Agar santri dapat belajar dengan tenang, aman dan nyaman, disetiap
kegiatan belajar santri kami melaksanakan penguncian kamar-kamar santri. Tujuan kami agar semua harta
milik santri dapat terjaga. Jadi dengan adanya program ini santri dapat
belajar dengan tenang tanpa memikirkan harta benda mereka.
|
refleksi
|
Upaya dari pengurus keamanan adalah dengan
melaksanakan penguncian kamar-kamar santri.
|
TRANSKRIP WAWANCARA
Kode : 11/11-W/F-1/3-IV/2008
Informan : Ali
Muhtarom
Tanggal : 03
April 2008
Jam :
23.00-23.30 WIB
Disusun jam : 23.30-24.00
Tempat Wawancara : Kamar 5
Dzulkhulaifah
Topik Wawancara : Upaya Pengurus
Pondok Pesantren Darul Huda Dalam Meningkatkan Lingkungan Belajar Yang Kondusif
|
Materi Wawancara
|
Peneliti
informan
|
Bagaimana upaya pengurus sarana dan prasarana dalam meningkatkan
kenyamanan belajar santri?
Upaya dari kami adalah meningkatkan kelengkapan sarana dan prasarana
di Pondok Pesantren Darul Huda karena Sarana dan prasarana di Pondok
Pesantren Darul Huda Putra ini sangat penting. santri dapat belajar dengan
tenang dan nyaman butuh akan sarana dan fasilitas-fasilitas yang memadai. Yang kami laksanakan
diantaranya pencahayaan sebagai tempat belajar santri, kami segera mengganti
lampu-lampu yang mati agar belajar santri tidak tertunda akibat lampu yang
mati.
|
refleksi
|
Upaya dari pengurus sarana dan prasarana
diantaranya segera mengganti lampu-lampu yang mati agar belajar santri tidak
tertunda akibat lampu yang mati.
|
TRANSKRIP WAWANCARA
Kode : 12/12-W/F-1/4-IV/2008
Informan : Muklis
Rofi’i
Tanggal : 14
April 2008
Jam :
21.00-21.30 WIB
Disusun jam : 22.00-23.00 WIB
Tempat Wawancara : Kamar Kesehatan
Topik
Wawancara : Upaya Pengurus Pondok Pesantren Darul Huda Dalam Meningkatkan
Lingkungan Belajar Yang Kondusif
|
Materi Wawancara
|
Peneliti
informan
|
Bagaimana upaya pengurus kesehatan dalam meningkatkan kesehatan santri?
Santri dapat memahami semua materi pelajarannya dikarenakan kondisi
fisiknya sehat, maka yang kami lakukan ketika ada santri yang sakit, kami
menyediakan obat-obatan dan kami menyediakan klinik kesehatan Pondok agar santri
tersebut lekas sembuh dan dapat mengikuti belajar lagi. Selain itu kami juga melaksanakan
foging dilingkungan Pondok serta kamar mandi dan toilet diberi abate (obat
pencegah nyamuk) agar santri bebas dari nyamuk.
|
refleksi
|
Upaya pengurus kesehatan adalah segera memeriksakan
santri yang sedang sakit.
|
TRANSKRIP WAWANCARA
Kode : 13/13-W/F-3/6-IV/2008
Informan : Asfahani
Tanggal : 06
April 2008
Jam :
12.00-13.00 WIB
Disusun jam : 13.00-13.30 WIB
Tempat Wawancara : Kamar 7 Yalamlam
Tiga
Topik Wawancara : Faktor Pendukung Dalam Meningkatkan Lingkungan
Belajar
|
Materi Wawancara
|
Peneliti
informan
|
Apa faktor pendukung dalam meningkatkan
lingkungan belajar yang kondusif?
Pada masa ini sarana dan prasana yang digunakan
belajar santri sudah memadai. Karena semua fasilitas belajar santri sudah
dapat terpenuhi. Mulai kelas yang sudah lengkap meja, kursi, papan tulis dan
perlengkapan kelas sudah ada. Sedang santri yang belajar dimasjid dan kamar
juga sudah memadai fasilitasnya. Tempat-tempa belajar tersebut sudah ada
ventilasi udaranya (jendela) dan pencahayaannya.
|
refleksi
|
Semua sarana dan prasarana yang
digunakan untuk belajar santri sudah mendukung.
|
TRANSKRIP WAWANCARA
Kode : 14/0/04-W/F-2/5-IV/2008
Informan : Dimyati
Tanggal : 05
Maret 2008
Jam :
17.00-17.30 WIB
Disusun jam : 21.00-22.00 WIB
Tempat Wawancara : Perumahan Ustadz
Topik Wawancara : Faktor pendukung lingkungan belajar
|
Materi Wawancara
|
Peneliti
Informan
Peneliti
informan
|
Apa pengurus waktu itu sudah berupaya untuk meningkatkan lingkungan
belajar yang kondusif?
Sudah, tapi belum maksimal.
Bagaimana belajar santri pada masa itu?
Sebagian santri pada masa ini mempunyai tekat
kuat, kesadaran untuk belajar mereka sangat tinggi. Jadi santri belajar
dengan sungguh-sungguh atas kesadaran pribadi. Pada masa ini santri
belajarnya tidak banyak, namun mereka dalam belajarnya ini langsung di
praktekkan (diamalkan) dalam kehidupan sehari santri. Tingkat kepahaman terhadap
materi lebih mengena pada masa ini. Pada masa ini sudah ada kepengurusan
secara terstruktur. Juga sudah ada program-program dari pengurus untuk
meningkatkan belajar santri.
|
refleksi
|
Santri belajar atas kesadaran pribadi. Pada masa ini juga sudah ada program-program
dari pengurus untuk meningkatkan belajar santri.
|
TRANSKRIP WAWANCARA
Kode : 15/14-W/F-3/18-IV/2008
Informan : Mufis
Saiful Ahyar
Tanggal : 08
April 2008
Jam :
22.00-23.00 WIB
Disusun jam : 23.00-24.00 WIB
Tempat Wawancara : Kamar Pengurus
Topik Wawancara : Faktor Pendukung
Lingkungan Belajar
|
Materi Wawancara
|
Peneliti
informan
|
Apa saja faktor pendukung lingkungan belajar di
Pondok Pesantren Darul Huda?
Faktor-faktor pendukung lingkungan berajar dari
intern santri diantaranya santri mempunyai semangat belajar karena dari diri
santri mempunyai motivasi untuk belajar yang tinggi, punya cita-cita dan ada
dorongan baik dari dirinya untuk belajar. Kemudian yang ekstern diantaranya
pengaruh teman-temannya yang pandai yang membuatnya lebih semangat untuk
belajar dan juga dapat dimungkinkan program-program dari pengurus santri
tersebut sangat menyukainya atau santri tersebut merasa sangat nyaman
ditempat belajarnya serta tidak merasa jenuh.
|
refleksi
|
Faktor-faktor pendukung lingkungan berajar dari
intern santri dan ekstern santri diantaranya pengaruh teman-temannya.serta dimungkinkan program-program dari pengurus.
|
TRANSKRIP WAWANCARA
Kode : 16/01-W/F-3/5-III/2008
Informan : Sholeh
Hasan
Tanggal : 05
Maret 2008
Jam :
18.30-19.00 WIB
Disusun jam : 21.00-22.00 WIB
Tempat Wawancara : Rumah Kediaman
Topik Wawancara : faktor pendukung lingkungan belajar
|
Materi Wawancara
|
Peneliti
informan
|
Apa faktor yang mendukung lingkungan belajar yang kondusif?
Yang jelas kalau yang mendukung itu adalah dari
kesadaran dantri itu sendiri. Bila di prosentase antara yang rajin belajar
dengan yang tidak itu banyak yang rajin.
|
refleksi
|
Belum ada upaya dari pengurus pada
masa itu, namun belajar rajin itu dari semangat santri itu sendiri.
|
TRANSKRIP WAWANCARA
Kode : 17/03-W/F-3/8-IV/2008
Informan : Dimyati
Tanggal : 08
April 2008
Jam :
19.00-20.00 WIB
Disusun jam : 22.00-23.00 WIB
Tempat Wawancara : Perumahan Ustadz
Topik Wawancara : Faktor
Penghambat Lingkungan Belajar
|
Materi Wawancara
|
Peneliti
informan
|
Menurut anda faktor apa yang menghambat terciptanya lingkungan belajar
yang kondusif pada masa itu?
Faktor yang menghambat terciptanya lingkungan belajar yang kondusif di
antaranya sebagian santri siang bekerja dan malamnya belajar, yang membuat
mereka kelelahan, selang beberapa tahun ada madrasah pagi, mulai berkurang
santri yang bekerja diluar kemudian mulai ada larangan santri untuk bekerja
diluar. Pada
masa ini program-program dari pengurus sudah ada, namun pelaksanaannya masih
kurang maksimal dikarenakan masa ini adalah masa awal organisasi di Pondok.
Pada masa ini tindakan terhadap santri yang melanggar juga tergolong masih
kurang. Juga pada masa ini tindakan
dari pengurus terhadap santri yang melanggar program dari pengurus masih
tergolong kurang, karena santri masih ada saja yang melanggar namun
tindakannya yang kurang maksimal dari pengurus.
|
refleksi
|
Faktor yang menghambat terciptanya lingkungan
belajar yang kondusif di antaranya sebagian santri kelelahan ketik akan
belajar dikarenakan santri tersebut siangnya bekerja. Program-program dari
pengurus sudah ada, namun pelaksanaannya masih kurang maksimal.
|
TRANSKRIP WAWANCARA
Kode : 20/15-W/F-2/6-IV/2008
Informan : Mufti
al-Anam
Tanggal : 6 April
2008
Jam :
21.00-22.00 WIB
Disusun jam : 23.00-24.00 WIB
Tempat Wawancara : Kamar 6
dzulkhulaifah
Topik Wawancara : Faktor Penghambat Lingkungan Belajar
|
Materi Wawancara
|
Peneliti
informan
|
Menurut anda faktor apa yang menghambat terciptanya lingkungan belajar
yang kondusif pada masa itu?
Faktor penghambat pada masa ini disebabkan ada sebagian santri yang
kebiasaan sehari-hari dirumah yang dimanja orang tuanya dalam belajarnya Atau kebiasaan belajar dirumah dengan cara
sendiri sedangkan di Pondok yang bersama-sama yang membuat santri kurang bisa
memahami pelajaran. juga mungkin ketika sedang
belajar tempat tersebut ramai oleh santri-santri yang lain yang membuatnya
sulit untuk belajar. Juga ada sebagian santri itu belum ada kedewasaan betapa
pentingnya belajar itu bagi mereka. Mungkin juga belajarnya yang monoton,
sebenarnya ketika belajar bersama-sama itu bisa menggunakan berbagai metode
agar tidak membosankan dalam belajarnya, namun kelihatannya ini masih belum
ada.
|
refleksi
|
Faktor ini disebabkan dari santri
sendiri dan teman-temannya yang ada di Pondok Pesantren Darul Huda.
|
TRANSKRIP WAWANCARA
Kode : 19/01-W/F-2/14-III/2008
Informan : Mufid
Saiful Ahyar
Tanggal : 14
Maret 2008
Jam :
18.30-19.00 WIB
Disusun jam : 22.00-23.00 WIB
Tempat Wawancara : Kamar Pengurus
Topik Wawancara : Faktor
Penghambat Lingkungan Belajar
|
Materi Wawancara
|
Peneliti
informan
|
Menurut anda faktor apa yang menghambat terciptanya lingkungan belajar
yang kondusif pada masa itu?
Dari teman-temannya, ketika melihat
teman-temannya malas akan berdampak besar pada diri santri, santri tersebut
lambat laun juga akan malas untuk belajar. Juga terlalu padatnya kegiatan di
Pondok Pesantren Darul Huda ini yang membuat santri kelelahan, juga ada yang
tidur saat belajar berlangsung. Akibatnya suasana menjadi tidak kondusif.
Juga ada sebagian santri yang ramai
sendiri ketika temannya belajar, kurang kesadaran dari mereka yang akibatnya
santri yang lain tidak bisa belajar.
|
refleksi
|
Faktor penghambat ini berasal dari
teman-temannya, jika teman rajin maka akan rajin juga santri tersebut dan
begitu juga sebaliknya.
|
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan ini kami yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
_____________________________________
TTl : _____________________________________
Alamat :
_____________________________________
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa mahasiswa
STAIN Ponorogo dibawah ini:
Nama : Tamrin Fathoni
TTL : Ponorogo, 14 November 1985
Nim : 243042086
Alamat : Pondok Pesantren Darul
Huda Putra Mayak Tonatan Ponorogo
Benar-benar telah bertemu langsung dan mengadakan
wawancara dengan saya pada:
Hari, Tanggal : _____________________________________
Waktu : _____________________________________
Tempat : _____________________________________
Demikian surat pernyataan ini kami buat untuk dipergunakan
sebagaimana semestinya.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
|
Ponorogo,
..............................
Hormat Kami,
( __________________ )
|
RIWAYAT HIDUP
Tamrin Fathoni, dilahirkan pada tanggal 14
November 1985 di Ponorogo, Jawa Timur. Ia adalah putra dari Bapak Saiful Badri
dan Ibu Tasmiati. Pendidikan taman kanak-kanak ditamatkannya pada tahun
1992. Jenjang pendidikan ia tempuh selanjutnya yaitu SDN Bedingin I Sambit
Ponorogo, ditamatkannya pada tahu 1998.
Setelah itu ia
melanjutkan pendidikannya di MTsN Jetis Ponorogo yang ditamatkannya pada tahun
2002.
Setelah itu, ia
melanjutkan pendidikannya di MAK (Madrasah Aliyah Keagamaan) Darul Huda di
Mayak Ponorogo, ia juga belajar di Madrasah Diniyah MMH (Madrasah Miftahul
Huda) Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo, ditamatkannya pada tahun
2006, ia menetap di Pondok Pesantren Darul Huda putra Mayak Ponorogo sampai
sekarang.
Pada tahun 2004 ia
meneruskan pendidikannya di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Ponorogo dengan
mengambil Program Studi Pendidikan Agama Islam sampai sekarang.
Selama tahun 1998 sampai sekarang, ia aktif di
organisasi. Seperti Dewan Galang MTsN Jetis Ponorogo (sejak tahun 1999 sampai
2000), pengurus Pondok Pesantren Darul Huda putra Mayak Ponorogo (sejak tahun
2005 sampai sekarang), dan organisasi di Madrasah Diniyah Miftahul Huda Pondok
Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo (sejak tahun 2004 sampai 2006).
ABSTRAK
Tamrin Fathoni. 2008. Dinamika Pesantren Menuju Lingkungan
Belajar Yang Kondusif (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Darul Huda Putra Mayak
Ponorogo). Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan
Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo. Pembimbing (I)
Drs. H. Sugihanto M. Ag, (II) Drs. H. Sutoyo M. Ag.
Kata kunci: Lingkungan Belajar, Pondok Pesantren
Darul Huda, Kondusif.
Lingkungan pondok pesantren, entah itu salafiah
ataupun modern sering kali diidentikan dengan tempat yang kumuh, kotor, tidak
teratur dan kurang menghargai aspek kebersihan dan kerapian. Hal ini disebabkan
karena para santri sibuk untuk belajar atau mengaji, sehingga melupakan
aspek-aspek tersebut.
Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo sebagai
salah satu Pondok Pesantren di wilayah Ponorogo mengalami perkembangan yang
cukup pesat bila dibandingkan dengan pondok-pondok lainnya. Perkembangan
tersebut bersifat menyeluruh mulai dari sistem pendidikan, maupun sarana dan
prasarana yang ada.
Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian lingkungan Pondok Pesantren Darul Huda Putra Mayak
Ponorogo dengan judul dinamika pesantren menuju lingkungan belajar yang
kondusif (studi kasus di Pondok Pesantren Darul Huda Putra Mayak Ponorogo)
denga rumusan masalah sebagai berikut: 1). Bagaimana lingkungan belajar di
Pondok Pesantren Darul Huda Putra Mayak Ponorogo? 2). Apa upaya-upaya pengurus
Pondok Pesantren Darul Huda Putra Mayak Ponorogo dalam meningkatkan lingkungan
belajar yang kondusif? 3). Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan penghambat
dalam meningkatkan lingkungan belajar yang kondusif Pondok Pesantren Darul Huda
Putra Mayak Ponorogo?
Melalui pendekatan kualitatif yang memiliki
karakteristik alami sebagai sumber data langsung dan analisis induktif, hasil
penelitian ini adalah
Dari penelitian ini, saran yang dapat penulis
kemukakan adalah diharapkan para santri di Pondok Pesantren Darul Huda Putra
Mayak Ponorogo dapat meningkatkan lingkungan belajar yang kondusif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar