Sabtu, 31 Maret 2012

FILSAFAT ILMU



A. Pendahuluan
Filsafat ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara subtansial maupun histories, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat lain. Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang merefleksi, radikal dan intergal mengenai hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Filsafat ilmu merupakan penerusan dalam pengembangan filsafat ilmu pengetahuan (epistimologi). Ilmu dan filsafat dapat bergerak dan berkembang berkat akal fikiran manusia. Ilmu mendasarkan pada akal pikiran lewat pengalaman dan indera, sedangkan filsafat berdasarkan pada otoritas akal murni secara bebas dalam penyelidikan teradap kenyataan dan pengalaman terutama dikaitkan dengan kehidupan manusia.
Sebagai suatu disiplin filsafat ilmu pertama-tama berusaha menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penelitian ilmiah yaitu, prosedur pengamatan, pola-pola argument, metode penyajiaan dan perhitungan, kemudian mengevaluasi dasar-dasar validitasnya berdasarkan sudut pandang logika  dimensional, yaitu, metodologi praktis dan metafikisika. Namun dalam bentuk kontemporer filsafat ilmu kemudian menjadi suatu topik bagi analisis dan eksplisit yang setara dengan cabang-cabang filsafat yang lainnya seperti etika, logika, dan epistimologi (ilmu pengetahuan).
Ilmu pengetahuan sebagai suatu kesatuan menampakan diri secara demonsional, yaitu ilmu sebagai masyarakat, sebagai proses dan sebagai produk. Dalam rangka untuk meningkatkan mutu akademik, merupakan arah dari filsafat ilmu. Filsafat ilmu perlu dipahami dan menjadi keharusan bagi kita yang bergerak dalam bidang ilmu.
Dalam makalah ini lebih lanjut penulis akan membahas tentang filsafat ilmu, fungsi dan pendekatan filsaat ilmu. Adapun rumusan masalah yang nantinya akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut.


B. Defenisi Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah merupakan bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
Menurut sejarahnya, pada awalnya yang dimaksud filsafat ilmu adalah filsafat sain, karena pada saat itu sain lahir pertama kali. Namun seiring dengan kelahiran proses kelahiran ilmu-imu, maka filsafat ilmu sebagai sebuah disiplin yang memiliki kajian yang cukup luas, yaitu natural secience maupun sosial science, dan ilmu humanitas, serta ilmu-ilmu keagamaan dan kebahasaan.
Berbicara mengenai filsafat ilmu, sulit untuk memberikan suatu batasan yang positif, karena banyak pendapat yang memiliki makna serta penekanan yang berbeda tentang filsafat ilmu. Berdasarkan pendapat Prof. Dr. Conny R filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperolehnya. Hal ini di dasarkan pada titik pandang dalam filsafat ilmu yang antara lain:
ü Pandangan yang menyebutakan bahwa filsafat ilmu adalah perumusan World Viewsyang konsisten pada beberapa pengertian didasarkan pada teori-teori ilmiah yang penting, dengan demikian tugas filsafat ilmu adalah untuk mengelaborasikan implikasi yang lebih luas dari ilmu.
ü Pandangan yang menemukan bahwa filsafat ilmu adalah suatu eksposisidari presupposition dan potensi dari para ilmuan.
ü Pandangan yang mengemukakan bahwa filsafat ilmu adalah suatu disiplin yang didalamnya terdapat konsep dan teori tentang ilmu dianalisis dan diklasifikasikan. Maksudnya bahwa filsafat ilmu memberikan kejelasan tentang makna dari berbagai konsep seperti partikel, gelombang, potensial, dan kompleks di dalam pemanfaatan ilmiah.
ü Filsafat ilmu merupakan patokan tingkat kedua makasudnya, dari beberapa pertanyaan yang diajukan oleh beberapa ilmuan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang dapat dirumuskan antara doing science dan thinking tentang bagaimana ilmu harus dilakukan
Akan tetapi filsafat ilmu merupakan bagaian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara sefesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antar ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, namunn karena permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu ini sering dibagi menjadi fisafat ilmu-ilmu dan filsafat ilmu-ilmu sosial, dan tidak mencarikan cabang filsafat yang bersifat otonom. Iilmu memang berbeda dari pengetahuan-pengetahuan secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang prinsip ilmu antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, dimana keduanya mempunyai ciri-ciri keilmuan yang sama.
Filsafat ilmu adalah satu bidang kajian filsafat yang akhir-akhir ini banyak diminati. Banyak kalangan menganggapnya sebagai bagian dari epistemologi, tetapi tidak sedikit juga yang menganggap sebagai epistimologi itu sendiri, namun dengan maknanya yang baru. Secara umum, filsafat ilmu dapat di pahami dari dua sisi, yaitu sebagai disiplin ilmu dan sebagai landasan filosofisi ilmu pengetahuan.
Pertama, sebagai displin ilmu, filsafat ilmu merupakan cabang dari ilmu filsafat. Dengan demikian, juga merupakan disiplin filsafat khusus yang mempelajari bidang khusus, yaitu ilmu pengetahuan. Maka, mempelajari filsafat ilmu berarti mempelajari secara filosofis berbagai hal yang terkait dengan ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan itu pada dasarnya merupakan representasi fakta; ungakapan kembali dari fakta. Fakta dan pristiwa yang kompleks dan bahkan tampak semrawut dapat dipahami dengan beberapa lembar kertas karya tulis atau hanya dengan beberapa bagan, atau hanya dengan beberapa kalimat, bahkan hanya dengan beberapa istiah.
Melihat luasnya cakupan istilah ilmu ini, kemudian para ahli memedakan antara filsafat ilmu umum dan filsafat ilmu khusus. Yang terakhir ini diarahkan pada pembahasan secara falsafati terhadap ilmu-ilmu tertentu, misanya filsafat ilmu alam, filsafat ilmu bahasa, filsafat ilmu sejaah dan seterusnya.
Dalam pandangan filsafat ilmu, proses dan hasil keilmuan pada jenis ilmu apapun sangat ditentukan oleh landasan filosofis yang mendasarinya, yang memang berfungsi memberikan kerangka, mengarahkan, menentukan corak dari keilmuan yang dihasilkannya. Landasan filosofis yang dimaksud adalah asumsi dasar, paradigma, dan kerangka teori (theoretical framework) ketiga hal inilah yang lazim disebut dengan filsafat ilmu atau filsafat keilmuan.
Filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti :
· Obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan? (Landasan ontologis)
· Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
· Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional? (Landasan aksiologis).
C. Fungsi dan arah filsafat ilmu
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :
ü Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
ü Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
ü Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
ü Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
ü Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Disarikan dari Agraha Suhandi (1989).
ü Sedangkan Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theoriesyaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.
Fungsi dan arah filsafat ilmu ditentukan oleh dua lapangan penyelidikan yaitu:
1. Sifat pengetahuan ilmiah, dalam bidang ini filsafat ilmu berkiatan erat dengan epitimologi yang mempunyai fungsi menyelidiki syarat-syarat pengetahuan manusia dan bentuk-bentuk pengetahuan manusia.
2. Filsafat ilmu dalam hubungannya dengan cara-cara mengusahakan dan mencapai pengetahuan ilmiah berkaitan erat dengan susunan logis dan metodologis serta tata urutan berbagai langkah dan unsur yang terdapat dalam kegiatan ilmiah.
Arah filsafat ilmu di dasarkan pada dua obyek material dan obyek formal berkaitan dengan obyek material, filsafat ilmu bertujuan untuk umu pengethuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun scara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga bisa ipetanggungjawabkan kebenaranya secara umum. Sedangkan arah filsafat ilmu jika dikaitkan degan obyek formalnya, bertujuan didasarkan pad sudut pandang darimana subyek menelaah obyek materialnya. Dimanaobyek filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan, maksudnya, fisafat ilmu lebih menaruh perhatian pada ilmu pengetahuan.
Jadi arah filsafat ilmu didasarkan pada filosofi yag dimiliki oleh seorang ilmuwan, sikap atau pendirin filosofis matealisme maka kajian pengembangan ilmu didasakan pada materialisme yang cenderung pada ilmu kealaman, dan menggangap bidang ilmunya sebagai inuk bagi pengembangan ilmu- ilmu lain (positeivisme). Sedangkan arah filsafat ilmu jika didasarkan pada sprituaisme kajian pengembangannya cenderung pada ilmu-ilmu kerohanian dan menggangap bidang ilmunya sebagai wadah utama bagi titik tolak pengembangan bidang-bidang ilmu lain.
Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat ilmu secara umum mengandung fungsi sebagai berikut:
1. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujan penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya seorang ilmuwan harus mempunya sikap kritis terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga daat menghindarkan di dari sikap solipsistik, yakni menganggap hanya pendapatnya yang paling benar.
2. Filsafat imu merupakan usaha merefleksi, menguji mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Sebab kecenderngan yang terjadi dikalangan para ilmuan menerapkan suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur ilmu pengetahuan itu sendiri. Satu sikap yang dipelukan di sini adalah menerapkan metode ilmiah yang sesuai dengan struktur ilmu pengetahuan bukan sebaliknya.
3. Filsafat ilmu memberikan penldasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum
Implikasi mempelajari filsafat ilmu seperti yang diuraikan Rizal Mustansyir, dkk, (2001) adalah sebagai berikut:
1. Bagi seseorang yang mempelajari filsafat ilmu diperlukan pengetahuan dasar yang memadai tentang ilmu baik ilmu alam maupun ilmu sosial, supaya para ilmuwan memiliki landasan berbijak yang kuat. Ini berarti ilmuwan sosial perlu mempelajari ilmu-ilmu kealaman secara garis besar, demikian pula seorang filsafat ilmu kealaman prlu memahami dan mengetahui secara garis besar tentang ilmu-ilmu sosial. Dengan demikian antara ilmu yang satu dngan yang lainnya saling menyapa, bahkan dimungkinkan terjalinnya kerja sama yang harmonis untuk memecahkan persoalan-persoalan kemanusiaan.
2. Meyadarkan seoang ilmuwan agar tidak terjebak kedalam pola pikir “menara gading”, yakni hanya berfikir murni dalam bidangnya tanpa mengkaitkannya dengan kenyataan yang ada di luar dirinya. Padahal setiap  aktivitas keilmuwan nyaris tidak dapat dilepaskan dari konteks kehidupan sosial kemasyarakatan.
Filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berfiki), etika (berprilaku), maupun metafisika (hakikat keaslian).
Manfaat mepelajari filsafat ada bermacam-macam. Namun sekurang-kurangnya ada 4 macam faedah yaitu:
1. Agar terlatih berfikir serius
2. Agar mampu memahami filsafat
3. Agar mungkin menjadi filsafat
4. Agar menjadi warga negara yang baik.
D. Sistematika dan pendekatan filsafat ilmu
Sistematika filsafat membicarakan masalah pengetahuan tentang apa yang telah diketahui dan sejauh mana kebenaran pengetahuuan yang dimaksudkan. Hakikat tahu, mengetahui, dan pengetahuan dengan segala kaitu annya meliputi hal-hal yang imaksud dengan “tahu” atau mengetahui sesuatu hal. Kemudian, setiap tahu dan mengetahui akan melibatkan sesuatu gagasan dalam pikiran dan pengalaman indrawi, sehingga pengetahuan itu mengandung kriteria kebenaran filosofis. Menuut Sutardjo A. Wiramihardja pengetahuan berasal dari cara berfikir atau adanya pikiran manusia yang ditunjang oleh pengalaman. Oleh karena itu, hakikat tahu an pengetahuan adalah adanya pemikiran dan pengalaman.
Daat diambil pemahaman sistematika ilmu pengetahuan hanya teratas pada sesuatu yang dapat diselidiki lagi, ilmu pengetahuan akan berhenti sampai di situ. Berbeda dangan penyelidikan filsafat, filsafat akan terus bekrja hinga masalah yang dikajinya ditemukan hingga ke akar-akarnya. Bahkan, filsafat baru menampakkan hasi kerjannya manakala ilmu pengetahuan telah berhenti menyelidikinya, yakni ketika ilmu tidak mampu memberi jawaban atas masalah. Oleh karena itu, ciri khas filsafat tidak dimiliki oleh ilmu pengetahuan dan sebaliknya ilmu pengetahuan memiliki khas yang tidak dimiliki oleh filsafat. Dalam tubuh filsafat tedapat sistem kerja yang menyeluruh, mendasar, an dugaan-dugaan logis, rasionakl, dan spekulatif.
Segaa hal yang di pikirkan oleh filsafat berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut.
a. Berhubungan dengan sesuatu yang bersifat metafisik yang tidak dapat dilihat oleh mata kepala manusia.
b. Berhubungan dengan alam semesta ang fisikal dan terbentuk oleh hkum perbahan.
c. Segala sesuatu yang rasional dan irasional.
d. Semua yan bersifat natual maupun supernatural.
e. Berhubungan dengan akal, rasa, pikiran, intuisi, dan persepsi.
f. Berhubungan dengan hakikat yang terbatas dan yang tidak terbatas.
g. Berhubungan dengan teori pengetahuan pada semua keberadaan pengetahuan manusia yang obyektif maupun subyektif.
h. Berhubungan dengan fungsi dan manfaat segala sesuatu yang didambakan manusia atau dihadirinya.
i. Berhubunagan dengan kebenaran spekulatif yang bersifat rasional tanpa batas sehingga berlaku pemahaman dialektis terhadap berbagai penemuan hasil pemikiran manusia. Tesis tang melahirkan antitesis dan tercapainya sintesis.
j. Berhubungan dengan kebenaan spekulatif yang bersifat rasional tanpa batas sehingga berlaku pemahaman dialiktis terhadap berbagai penemuan hasil pemikiran manusia. Tesis yang melahirkan antitesis dan teciptanya sintesis.
Sistematika dan pendekatan filsafat ilmu sama dengan bidang filsafat yang lain dimana filsafat ilmu lebih berfokus pada:
1. Pendekatan onologis adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada. Dalam kaitannya dengan ilmu ontologi mempertanyakan tentang obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut dan bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia.
2. Pendekatan epistimologi, epistimologi adalah cabang filsafat yang membcaakan asal muasal, sumber, metode struktur dan validitas kebenaran. Dalam hal ini epistimologi dalam kaitannya dengan ilmu mempetanyakan bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar?dan apa yang disebut pengetahuan itu sendiri.
3. Pendekatan aksiologi, aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari nilai secara umum sebagai landasan ilmu. Epistimologi mempertanyakan untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan trsebut dengan kaidah-kaidah moal? Pada dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia dalam hal ini ilmu dapat di anfaatkan sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memerhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan kelestarian dan keseimbangan alam.
E. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara sefesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Filsafat ilmu merupakan penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperoleh pengetahuan ilmiah, yang bertujuan untuk mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan bagaimana cara pengetahuan ilmiah itu dipeoleh. Filsafat ilmu adalah merupakan bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial.
2. Fungsi filsafat ilmu adalah untuk mengetahui hakikat kebenaran ilmu pengetahuan, serta untuk menumbuhkan sikap kritis terhadap kegiatan ilmiah. Serta mampu memberikan pendasaran terhadap metode keilmuan, dan mampu mempertanggungjawabkan secara logis-rasional. Sedangkan arah filsafat ilmu itu sendiri adalah mencari kebenaran atau hakikat ilmu pengetahuan.
3. Dalam filsafat ilmu digunakan tiga pendekatan yang didasarkan pada pengembangan ilmu yang tergantung pada pendirian awal para ilmuwan. Diantara pendekatan itu adalah pendekatan ontologism, bedasarkan pada realita, epistimologi didasarkan pada posedur memperoleh kebenaran (metode ilmiah), dan pendekatan aksiologis yang dikaitkan dengan ediologi (kepercayaan)yang dianut masyarakat, bangsa tempat ilmu itu dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
  1. Muslih Mohammmad, Filsafat Umum dalam pemahaman Praktis, Yogyakarta: Blukar, 2005.
  2. Saebani, Beni Ahmad, Filsafat Ilmu kontemplasi filosofis tentang seluk beluk sumber dan tujuan ilmu pengetahun, Pustaka Setia, Bandung, 2009.
  3. Surajiyo, Drs, Filsafat Ilmu Dan Perkembangan di Indonesia. Jakarta: Bumi Askara, 2007.
  4. Suriasumantri Jujun. S, Filsafat Imu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1982.
  5. Syadali Ahmad, Drs, M.A, Mudzakir, Drs. Filsafat Umum, Bandung: Pustaka setia, 1999.
  6. htp :// www scribd. Com  /doc pengantar-filsafat-ilmu.
  7. htp :// www scribd. Com  /doc fungsi-filsafat-ilmu



. Drs. Surajiyo, Filsafat ilmu dan perkembangannya di  Indonesia, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2007, Hal. V.
. Filsafat_ Ilmu, http:///www scribd.com Pengantar-filsafat-ilmu.
. Mohammad Muslih, Filsafat Umum dalam pemaaman praktis, Yogyakrta, Belukar, 2005, Hal. 119.
. Suriasumantri Jujun. S, Filsafat Imu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1982, Hal. 33.
. Mohammad Muslih, Filsafat Umum dalam pemaaman praktis, Yogyakrta, Belukar, 2005, Hal. 113-114.
. Ibid, Hal 120.
. Loc.cit, Hal. 33
. Filsafat_ Ilmu, http:///www scribd.com fungsi-fisafat-ilmu.
.  Drs. Surajiyo, Filsafat ilmu dan perkembangannya di  Indonesia, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2007, Hal. 51-52.
. Drs. H. Ahmad Syadali, M.A, Drs. Mudzakir, Filsafat Umum, Pustaka Setia, Bandung, 1999, Hal. 27-28.
. Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si, Filsafat Ilmu kontemplasi filosofis tentang seluk beluk sumber dan tujuan ilmu pengetahun, Pustaka Setia, bandung, 2009, hal. 62-67.
. Op Cit, 151-152.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar